Kamis, 02 April 2009

Cara Penularan Penyakit Infeksi Oleh Mikroorganisme

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Cara Penularan Penyakit Infeksi Oleh Mikroorganisme”.
Penyusunan makalah ini dalam rangka penugasan Mikrobiologi & Parasitologi. Dalam penyusunan makalah ini penulis masih banyak kekurangan dan kekhilafan baik materi, tata bahasa dan isi ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, tapi dengan bantuan dan bimbingan dari Bapak Bambang Riyadi makalah ini dapat diselesaikan. Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan dengan ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan imbalan yang sesuai dari Allah SWT, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Pontianak, Juni 2007
Penulis
Daftar Pustaka

Kata Pengantar………………………………………………………… ..1
Daftar Pustaka………………………………………………………….. .2
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………………... 4
B. Tujuan Penulisan………………………………………………… 5
C. Ruang Lingkup…………………………………………………... 6
D. Metode Penulisan………………………………………………... 6
E. Sistematika Penulisan……………………………………………. 7
Bab II Landasan Teoritis............................................................................8
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………... 23
B. Saran……………………………………………………………. 24
Daftar Pustaka…………………………………………………………..25




BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Kesehatan yang baik tergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau infeksi yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan berisiko terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya panjanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme infeksius, meningkatkan pejanan terhadap jumlah dan prosedur invasif. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatori, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikkan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
Dalam semua lingkungan, klien dan keluarga harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melaksanakan atau melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien harus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-cara penularan dan pencegahan.
Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dari perlindungan barier yang tepat. Penyakit hepatitis B, AIDS dan tubercolosis telah menyebabkan perhatian yang lebih besar pada teknik pengontrolan infeksi.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk menulis makalah terkait dengan permasalah infeksi dalam makalah ini.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan tentang pengertian Infeksi.
b. Mendapatkan gambaran yang jelas tentang Proses Infeksi.
c. Memberi saran dan alternatif pemecahan masalah terkait permaslahan Infeksi.

C. Ruang Lingkup
Karena luas nya permasalah tentang infeksi dan banyaknya literatur yang berkebaan dengan proses infeksi maka penulis hanya membatasi penulisan tentang proses infeksi nosokomial.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu memberi gambaran tentang proses infeksi nosokomial yang dilakukan dengan cara :
a. Studi perpustakaan yaitu dengan pendekatan teoritis untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan dalam makalah ini.
b. Browsing melalui layananan internet untuk menambah literatur yang ada.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari beberapa bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang, Tujuan penulisan, Ruang lingkup, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
Bab II : Landasan teoritis yang berisikan tentang pembahasan Infeksi Nosokomial.
Daftar Pustaka






BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Sehat
Kesehatan yang baik tergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau infeksi yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan berisiko terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya panjanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme infeksius, meningkatkan pejanan terhadap jumlah dan prosedur invasif. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatori, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikkan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
Dalam semua lingkungan, klien dan keluarga harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melaksanakan atau melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien harus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-cara penularan dan pencegahan.
Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dari perlindungan barier yang tepat. Penyakit hepatitis B, AIDS dan tubercolosis telah menyebabkan perhatian yang lebih besar pada teknik pengontrolan infeksi.
Lingkungan hidup kita mengandung berbagai bahan organik dan anorganik, baik yang hidup seperti bakteri, virus, jamur, parasit, maupun yang mati seperti berbagai debu dalam polusi yang setiap saat dapat masuk kedalam tubuh kita sehingga menimbulkan kerusakan jaringan atau penyakit, selain itu sel badan yang menjadi tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini pula.
Dalam pandangan sekarang, respons imun diperlukan untuk tiga hal, yaitu :
1. Pertahanan
2. Hemeostatis
3. Pengawasan
Yang pertama ditunjukan terhadap infeksi mikroorganissme, yang kedua terhadap eliminasi komponen-komponen tubuh yang sudah tua dan yang ketiga terhadap pengahancuran sel-sel yang bermutasi. Dengan perkataan lain, respons imun dapat diartikan sebagai suatu sistem agar tubuh dapat mempertahankan keseimbangan antara lingkungan diluar dan didalam badan.
Fungsi sistem imun dapat terganggu baik primer maupun sekunder, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan yang dapat bermanifestasi klinis menjadi infeksi silang atau berulang, predisposisi terhadap keganasan dan autoimunitas. Gangguan sistem imun dapat pula berupa pembentukan imunoglobulin E yang berlebihan seperti yang terjadi pada alergi.
Pengetahuan imunologi yang maju telah dapat dikembangkan untuk menerangkan patogenesis serta menegakkan diagnosis berbagai penyakit yang sebelumnya masih kabur. Kemajuan dicapai dalam produksi berbagai vaksin dan obat-obatan yang digunakan untuk memperbaiki fungsi sistem imun dalam memerangi infeksi dan keganasan atau sebaliknya digunakan untuk menekan fungsi sistem imun yang berlebihan pada hipersensitifitas, autoimunitas dan transplantasi.
Selama 25 tahun terakhir kita telah menyaksikan perkembangan yang pesat dalam bidang imunologis, penemuan molekul-molekul yang berperan dalam sistem imun seperti komponen-komponen, interleukin, reseptor sel, gen respons imun yang berhubungan dengan major histocompatibility complex dan sebagainya. Perkembangan tersebut banyak ditunjang oleh kemajuan baik dalam teknik seperti mikroskopi, elektroforesis, radiolabeling, imunoflourensi dan rekombinan DNA, maupun yang mengenai konsep. Hal ini sering membingungkan, sehingga sulit untuk membedakan pepohonan dari hutan.
Kesehatan yang baik tergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau infeksi yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan berisiko terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya panjanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme infeksius, meningkatkan pejanan terhadap jumlah dan prosedur invasif. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatori, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikkan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
Dalam semua lingkungan, klien dan keluarga harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melaksanakan atau melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien harus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-cara penularan dan pencegahan.
Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dari perlindungan barier yang tepat. Penyakit hepatitis B, AIDS dan tubercolosis telah menyebabkan perhatian yang lebih besar pada teknik pengontrolan infeksi.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk menulis makalah terkait dengan permasalah infeksi dalam makalah ini.

B. Antigen Sebagai Perlindungan Tubuh
Antigen adalah suatu substansi yang bila memasuki tubuh maupun merangsang sistem imunologik untuk menghasilkan respons imunitas terhadap substansi tersebut. Respon imunitas yang dihasilkan dapat berupa pembentukan antibodi ataupun limfosit sensitfif yang bersifat spesifik.
Antigen dapat berupa partikel, mikroorganisme, sel atau senyawa-senyawa terlarut (misalnya toksin). Untuk dapat bersifat sebagai antigen, bahan-bahan dikenali oleh sistem imunologik melalui struktur makromolekul yang terdapat padapermukaannya, berupa konfigurasi asing bagi tubuh. Konfigurasi asing ini dinamakan epitop atau determinann antigenik. Epitop tersebut akan berikatan dengan reseptor yang sesuai yang terdapat pada permukaan limfosit.
Antigen atau imonosupresi adalah setiap bahan yang dapat menimbulkan respon imun spesifik pada manusia dan hewan. Perbedaan antara ke-2 istilah tersebut adalah fungsional. Imunogen adalah setiap bahan yang dapat mengikat komponen yang dihasilkan dari respons imun dengan spesifik misalnya antibodi dan limfosit T. Perbedaan tersebut hendaknya dipahami oleh karena banyak bahan yang tidak menimbulkan respons imun, tetapi tidak dapat mengikat komponen sistem imun yang ditimbulkan secara spesifik terhadapnya. Jadi semua imunogen adalah antigen tetapi tidak semua antigen adalah imunogen meskipun hal ini jarang terjadi.
Selain itu antigen harus mempunyai berat molekul yang tinggi. Senyawa yang berat molekulnya kurang dari 6000 jarang sekali dapat bersifat antigen. Senyawa yang bertindak sebagai antigen, sekurang-kurangnya harus mempunyai banyak epitop sehingga mempunyai daya yang tinggi. Epitop tersebut pada virus dapat berupa protein dan asam nukleat pada bakteria berupa epitop dan polisakarida.
Meskipun sel semua spesies mempunyai antigen khas yang spesifik bagi spesies tertentu, tetapi beberapa antigen lebih luas penyebarannya. Kelompok determinan antigenik yang segolongan antigen yang tidak sekerabat dengan penyebaran yang amat luas. Sel-sel semacam itu bila digunakan sebagai antigen, disebut antigen heterofil.a ntigen tersebut dapat merangsang pembentukan antibodi yang mampu bereaksi dengan jaringan berbagai organisme lain.
Misalnya antigen Forssman yang dijumpai pada sejumlah besar spesies hewan dan bakteri. Antibodi terhadap antigen Forssman dalam jumlah besar di dalam darah orang-orang yang menderita penyakit tertentu, seperti Mononukleosis.
Bagian antigen yang dapat menginduksi pembentukan antibodi dan dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau reseptor pada limfosit disebut determinan antigen atau epitop.
Hapten adalah determinan antigen dengan berat molekul yang rendah dan baru menjadi imunogen bila diikat oleh molekul besar (carrier) dan dapat mengikat antibodi. Contoh hapten ialah berbagai golongan antibiotik dan obat lainnya dengan berat molekul yang rendah. Hapten biasanya dikenal dengan oleh sel B sedangakn carrier oleh sel T. Carrier sering digabungkan dengan hapten dalam usaha imunisasi.
Antibodi adalah bahan larut digolongkan dalam protein yang disebut globulin dan sekarang dikenal sebagai imunoglobulin. Dua cirinya yang penting ialah spesifikasi dan aktifitas biologik.
Imunoglubulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B akibat adanya kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik ini akan mengikat antigen baru lainnya yangs sejenis. Bila serum protein tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka imunoglobulin ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin gamma, meskipun ada beberapa imunoglobulin yang juga ditemukan dalam fraksi globulin alfa dan beta.
Enzim papain memecah molekul antibodi (dengan berat molekul 150.000 dalton) dalam fragmen masing-masing dari 45.000 dalton. Dua fragmen tetap memiliki sifat antibodi yang dapat mengikat antigen secara spesifik serta bereaksi dengan determinan antigen dan hapten dan disebut Fab (fragmen antigen binding) dan dianggap univalen.
Semua molekul imunoglobulin mempunyai empat rantai polipeptida dasar yang terdiri atas 2 rantai berat.
Respons imun terjadi terhadap semua golongan bahan kimia seperti hidrat arang, protein dan asam nukleat. Antigen proten alamiah terbanyak adalah protein besar dengan berat molekul lebih dari 40.000 dan kompleks polisakarida mikrobial.
Glikolipid dan lipoprotein dapat juga bersifat imunogenik, tetapi tidak demikian halnya lipid yang dimurnikan. Asam nukleat dapat bertindak sebagai imunogenik dalam penyakit auto imun tertentu, tetapi tidak dalam keadaan normal.

C. Proses Infeksi
Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian antibiotik dan memantau respons terhadap reaksi pengobatan. Terapi suportif termasuk pemberian nutrisi secara adekuat dan istirahat untuk memperkuat pertahanan terhadap respons infeksius.
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampau menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan, infeksi disebut asimptomatik. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagius.


D. Proses Infeksi
Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian antibiotik dan memantau respons terhadap reaksi pengobatan. Terapi suportif termasuk pemberian nutrisi secara adekuat dan istirahat untuk memperkuat pertahanan terhadap respons infeksius.

E. Penularan Penyakit
1. Melalaui Inhalasi
Saluran napas merupakan tempat masuk dan penggandaan awal bagi banyak mikroba. Tiga golongan mikroba utama adalah bakteri, virus dan jamur. Banyak kuman yang digolongkan berdasarkan morfologi dan ciri pertumbuhannya menimbulkan penyakit yang sangat beragam. Misalnya penyakit karena bakteri seperti pertusis (batuk rejan) tubercolosis, difteri.
Salah satu tanda umum infeksi bakteri adalah leukositosis yang umumnya jenis polimorfonuklear (ditempat infeksi atau dalam darah). Pada tubercolosis, respons jaringannya sangat berbeda, mirip reaksi terhadap jamur, sedangkan pada difteri banyaknya toksin bakterial memberi gambaran keracunan sistemik, bukan tanda radang setempat.
Virus bahkan menunjukan gambaran klinis yang lebih beragam lagi, yang berhubungan dengan aneka sindrom, dari ringan sampai berat (diluar sistem pernapasan). Sindrom klinis tertentu seperti bronkitis, pneumonia atau meningitis aseptik dapat ditimbulkan oleh sembarangan virus yang sama sekali tidak ada kaitannya satu dengan yang lainnya. Penyakit karena virus biasanya akut dan sembuh sendiri. Leukositosisnya dari jenis monoklear, bukan polimorfonuklear. Jamur yang menyebabkan penyakit sistemik akan menghasilkan reaksi jaringan setempat yang kurang lebih sama, dengan tujuan mengisolasi dan memfagositosis yang dilakukan oleh sel-sel monuklear.
Selama berada di saluran, agens-agens infeksi di atas dapat ditularkan melalui sputum, liur, dan cairan hidung, terutama kalau bersin atau batuk. Butiran cairan yang telah mengering sekalipun masih dapat menularkan organisme tersebut.
Adapun penyakit yang menular melalui saluran napas adalah :
a. Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi akut saluran napas yang ditandai oleh demam, menggigil, malaise (lesu, lelah, lemah), sakit kepala dan nyeri otot. Umumnya disertai batuk pilek, laringitis dan serak. Penyakit ini sembuh sendiri, demamnya hanya berlangsung selama tiga hari dan sembuh total dalam satu minggu.

b. Parotitis Epidemika (Mumps)
Bagian yang terinfeksi virus adalah kelenjar parotis. Ditandai demam, pembengkakan dan nyeri tekan dari satu atau kedua kelenjar parotis. Diikuti pembengkakan kelenjar sublingual atau submandubular. Pembengkakakan ini mencapai puncaknya dalam 2 hari dan menetap selama 7 sampai 10 hari, meskipun sudah tidak demam lagi. Virusnya dapat menjalar ke ovarium atau testis. Bila sampai demikian dapat ditimbulkan orchitis (radang testis) bilateral, maka yang bersangkutan dapat menjadi steril.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penularan infeksi virus kelenjar parotis meliputi penularan infeksi yang termasuk didalammya adalah reservoar, sumber dan rute penularan, masa inkubasi, masa dapat menular, dan imunitas individu, dan pengobatan serta pencegahan parotitis.
Tidak ada yang spesifik, mencegah kemungkinan timbulnya orchitis dapat diberikan globulin hiperimun segera setelah awitan parotis

c. Rubeola (measles, campak, morbili)
Campak adalah penyakit pada anak (terutama ditandai dengan demam sedang atau ringan, batuk, pilek, dan iritasi pada konjungtiva (seperti flu). Pasien tampak lebih sakit dari flu biasa. Dalam 3 sampai 4 hari timbul ruam khas (eksternal) mulai dari muka. Dalam 24-48 jam ruam ini menyebar ke leher, dada, dan batuknya menghebat, disertai sesak napas. Pada mukosa mulut (pipi dan langit-langit) tampak bintik-bintik (enentema) yang disebut bintik koplik yang sering kali sudah dapat dilihat sebelum timbul eksantema pada kulit dan merupakan dasar pertama untuk diagnosis klinik. Dalam 7 sampai 10 hari ruam (eksterma) ini mulai meggelap dan warnanya menjadi kecoklatan. Demam dan batuknya dengan cepat mereda.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penularan campak meliputi penularan infeksi yang termasuk di dalamnya adalah reservoar, sumber dan rute penularan, masa inkubasi, masa dapat menular, imunitas individu dan pengobatan serta pecegahan campak.
Tidak ada yang spesifik. Antibiotika diberi dengan maksud mencegah infeksi bakteri sekunder atau mengobati komplikasi seperti bronkitis, bronkopneumonia (BP) dan ensefalomielitis. Pencegahan dengan imunisasi MMR dosis tunggal saat berumur 1 tahun.

d. Rubella (Campak Jerman)
Gejalanya lebih ringan dari campak biasa. Ruam yang timbul lebih ringan dan mereda 2-3 hari. Virus ini dapat melalui plasenta, karena itu sangat berbahaya selama trisemester 1 kehamilan, yaitu saat organ-organ tubuh dibentuk.
Individu tersebut dapat mengalami abortus atau bayi lahir mati, dan bila bayi lahir cukup bulan, sering dengan satu atau lebih anomali, seperti kelamin, jantung, pembengkakan hati dan limpa disertai gangguan fungsi, tuli, katarak, retardasi mental, atau cedera otak lainnya.
Hal-hal yang perlu dalam penularan rubella meliputi penularan infeksi yang termasuk didalamnya adalah reservoar, sumber dan rute penularan, masa inkubasi, masa dapat menular dan imunitas individu dan pengoabatan serta pencegahan rubella.
Tidak ada yang spesifik. Pencegahan dengan imunisasi MMR, dianjurkan untuk anak berusia antara 1-12 tahun.

e. Herpes Zoster dan Varicella
Varicella (cacat cair) adalah terutama penyakit anak yang sangat menular, ditandai dengan demam, malaise dan erupsi vesikuler yang mungkin gatal di kulit. Herpes zoster adalah radang yang sakit dari radiks dan ganglia posterior, ditandai dengan kelompok-kelompok vesikel pada kulit (unilateral). Secara morfolofis, vesikel ini identik dengan vesikel pada vericella, namun gambaran klinisnya berbeda jauh dari varicella.
Virus varicella memasuki tubuh melalui mukosa jalan napas, dan menempati sel-sel dari kulit. Gejala demam dan malaise pertama kali muncul 12 sampai 14 hari setelah terpapar. Lesi-lesi ini mula-mula terdapat di badan.



BAB III
PENUTUP

A. Penutup
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Kesehatan yang baik tergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau infeksi yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan perawatan kesehatan berisiko terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya panjanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme infeksius, meningkatkan pejanan terhadap jumlah dan prosedur invasif. Dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatori, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda yang beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikkan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
Dalam semua lingkungan, klien dan keluarga harus mampu mengenali sumber infeksi dan mampu melaksanakan atau melakukan tindakan protektif. Penyuluhan klien harus termasuk informasi mengenai infeksi, cara-cara penularan dan pencegahan.
Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi dari perlindungan barier yang tepat. Penyakit hepatitis B, AIDS dan tubercolosis telah menyebabkan perhatian yang lebih besar pada teknik pengontrolan infeksi.
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampau menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan, infeksi disebut asimptomatik. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagius.


B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan diatas maka agen infeksius menyerang pada saat tubuh kita mengalami kelemahan atau pada saat tubuh mempunyai imun yang menurun. Untuk itu penulisa menyarankan kepada semua pembaca untuk memulai pola hidup sehat dengan banyak berolah raga kemudian makan-makanan yang bergizi. Makan-makanan yang bergizi tidaklah harus dengan yang mewah-mewah namun harus dengan cara penyajian yang baik dan benar agar kadar gizi yang dibutuhkan tubuh tidak hilang.




Daftar Pustaka

Baratawidjaja, Karnen Garna. 1991. IMUNOLOGI DASAR. FKUI: Jakarta.
Pusat Pendidikan. 1989. IMUNOLOGI. Balai Kesehatan RI: Jakarta.

1 komentar: