Selasa, 14 Juli 2009

hipertrofi prostat

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gangguan miksi merupakan keluhan yang sangat menggang-gu penderita. Pada penderita laki-laki usia tua diatas 50 tahun umumnya yang menyebabkan gangguan miksi adalah hiper-trofi prostat. Menurut Blandy pada hakekatnya semua priayang sehat yang berusia diatas 40 tahun cenderung untuk menderita hipertrofi prostat, dan hanya kira-kira 10% dari mereka ini yang akan menampilkan gejala-gejala hipertrofi prostat, disertai dengan gangguan-gangguan miksi kelak di kemudian hari.
Selanjutnya dikatakan bahwa tidak ada satu suku bangsa pun didunia ini yang kebal terhadap penyakit ini, hanya berbeda di dalam jumlah persentase saja. Menurut Brows dkk suku bangsa Negro tercatat dalam persentase kecil, dan penyebab yang pasti dari penyakit ini belum diketahui. Ketidakseimbangan antara hormon estrogen -- androgen dalam darah mungkin memegang peranan penting pada proses terjadinya hipertrofi prostat.
Hiperplasia dari pada lobus prostat, kadang kala mengaki-batkan meningginya tahanan outflowair seni dari leher kandung kemih ke dalam saluran urethra, akibat gangguan mekanisme pembukaan dan pencorongan (funneling) dari leher kandung kemih sewaktu buang air kecil, dan akhirnya mengakibatkan gangguan miksi. Korelasi antara besarnya prostat dengan hebatnya gejala-gejala gangguan miksi dan banyaknya residual urine tidak jelas. Prostat yang besar tidak selalu mengakibatkan gangguan miksi, sebaliknya pada fibrotik prostat dimana prostatnya kecil dapat timbul gangguan miksi yang hebat.

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui mengenai asuhan keperawatan pada pasien hipertrofi prostat
b. Mengetahui secara jelascmengenai penyakit hipertrofi prostat
c. Mengetahui menambah wawasan mengenai hipertrofi prostat
d. Untuk memenuhi tugas mata ajar ”Keperawatan Medikal Bedah”

C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode metode deskriptif yaitu metode yang bersifat menjelaskan suatu peristiwa.

D. RUANG LINGKUP PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi ruang lingkup, karena keterbatasan pengetahuan dan waktu dalam penulisan makalah.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan makalah ini terdiri dari 3 BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari anatomi fisiologi kelenjar frostat, pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.
BAB III : Asuhan Keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan.
BAB IV : Penutup yag terdiri dari kesimpulan dan saran.













BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran panjang 3.4 cm, Lebar 4.4 cm, Tebal 2.6 cm. Secara embriologis kelenjar prostat terdiri dari 5 lobur yaitu Lobus medius 1 buah, Lobus anterior 1 buah, Lobus posterior 1 buah, Lobus lateral 2 buah Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari Kapsul anatomis, Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler, Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian yaitu Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya, Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatus zone, Di sekitar uretra disebut periuretral gland. Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba. Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu. Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.

B. Pengertian Hipertrofi Prostat
Hipertrofi prostat merupakan kelainan yang sering di jumpai di klinik urologi di Indonesia di Jakarta Hipertrofi prostat merupakan kelainan ke dua tersering setelah batu saluran kemih.Umumnya terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal.Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar.Pembesaran ini mendesak jaringan prostat yang normal ke arah tepi dan juga menyempitkan uretra.
Hipertrofi psostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang biasanya terjadi pada laki-laki pad usia lebih dari 50 tahun.
Hipertrofi prostat merupakan kondisi pertumbuhan kelenjar prostat yang berlebihan. Pembengkakan kelenjar prostat yang cukup besar dapat menekan sampai ke kandung kemih dan uretra sehingga terjadi penyempitan uretra. Keadaan tersebut dapat menghambat (obstruksi) aliran urin dan selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. Selain itu, pembesaran prostat juga dapat membentuk kantong dari kandung kemih sehingga sewaktu buang air seni masih ada yang tertinggal di dalam kandung kemih, urin yang tertinggal ini dapat membentuk batu atau kista.

C. Etiologi
Penyebab dari terjadinya hipertrofi prostat belum diketahui secara pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan(counter part). Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin. Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari hipertrofi prostat yaitu Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen, Ketidakseimbangan endokrin, Faktor umur atau usia lanjut, tidak diketahui secara pasti.
D. Manifestasi klinis
Adapun tanda dan gejala hipertrofi prostat yaitu:
1. Kencing sukar dan harus mengedan
2. Kadang-kadang harus meekan dengan tangan di atas perut
3. Tidak merasa puas setelah kencing
4. Sering kencing (polakisuri)
5. Nokturi
6. Akhirnya kencing hanya menetes (dribbling)
7. Kadang-kadang ada hematuri
Gejala pembesaran prostat yang paling menonjol adalah air seni tidak dapat di keluarkan sampai habis, Walaupun penderiata mengedan dengan keras.Bila pembesaran itu sangat besar, akan terjadi retensi urin. Jadi, tidak dapat kencing sama sekali. Akibat mengedan yang keras sebagai usaha untuk mengeluarkan air seni kadang-kadang air seni yang keluar bercampur darah.

E. Patofisiologi

Usia Lanjut

Ketidakseimbangan Hormon
(Estrogen dan testoteron)

Hyperplasia Pd Epitel & Stroma Pd Kelenjar Prostat

Penyempitan Lumen Ureter Protatika

Menghambat Aliran Urina
Tekanan Intravesikal


F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat yaitu :
a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.
b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi
c. Hernia / hemoroid
d. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu e. Hematuria f. Sistitis dan Pielonefritis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pengukuran Derajat berat Obstruksi
3. Pemeriksaan Pencitraan
4. Radiologis Intravena pylografi,
5. BNO,
6. sistogram, retrograd,
7. USG,
8. Ct Scanning,
9. cystoscopy,
10. foto polos abdomen.
H. Pengobatan Atau Penatalaksanaan
- Prostatektomi Retro Pubis Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
- Prostatektomi Parineal Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
- Kateterisasi
- antibiotik atau antiradang, anti-infeksi, menghilangkan pembengkakan,
- peluruh kemih (diuretik),
- meredakan rasa sakit (analgetik)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
- Kaji kulit klien
- Aktivitas seksual
- Pola eliminasi
- Kardiovaskular
- Istirahat & tidur
- TTV
- Kateterisasi yang terpasang pada klien

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter.
Intervensi:
1. Kaji tingkat nyeri dan faktor pencetus timbulnya nyeri
2. Ajarkan kepada klien teknik relaksasi dan distraksi
3. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi) .
4. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah d.
5. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)
6. Atur posisi pasien senyaman mungkin,
7. Lakukan perawatan aseptik terapeutik
8. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat
b. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder.
Intervensi:
1. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril.
2. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup.
3. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab, takikardi, dispnea).
4. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau jaringan.
5. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua post operasi).
6. Ukur intake output cairan g. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasi.
7. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.
c. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan penggunaan kateterisasi
Intervensi :
1. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
2. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan, kebocoran)
3. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainage
4. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin dressing
5. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)