Selasa, 31 Maret 2009

MEKANISME KOPING

Pengertian

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).

Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.

Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :

1. Mekanisme koping adiptif

adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

2. Mekanisme koping maladaptif

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial (Lazarus dan Folkman, 1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend, 1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999) yaitu :

A. Reaksi Orientasi Tugas
Berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara realistis, dapat berupa konstruktif atau destruktif. Misal :
Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik atau psikologis.
Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
B. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut :

Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.

Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.

Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.

Intelektualisasi (intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.

Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.

Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.

Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.



Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin lakukan.

Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini

Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.

Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.

Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.

Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.

Undoing
Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitif.

Daftar Pustaka

Herawani, N. (1999). Mekanisme koping. (makalah). Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Tidak dipublikasikan.

Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress appraisal and coping. New York: Publishing Company.

Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book.

Townsend, M.C. (1996). Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Mengenal Mekanisme Pertahanan Diri

Sebagian dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress atau pun konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang ia lakukan secara sadar atau pun tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat dikemukakan oleh Freud sebagai berikut : Such defense mechanisms are put into operation whenever anxiety signals a danger that the original unacceptable impulses may reemerge (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002)

Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.

Istilah mekanisme bukan merupakan istilah yang paling tepat karena menyangkut semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia sebagai mesin yang rumit. Sebenarnya, kita akan membicarakan strategi yang dipelajari individu untuk meminimalkan kecemasan dalam situasi yang tidak dapat mereka tanggulangi secara efektif. Tetapi karena “mekanisme pertahanan diri” masih merupakan istilah terapan yang paling umum maka istilah ini masih akan tetap digunakan.

Berikut ini beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan yang dasyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Dari mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya.

Represi

Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:

individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,

berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada,

lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk,

lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif,

lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.

Supresi

Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi)

Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)

Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.

Fiksasi

Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.

Regresi

Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian

Menarik Diri

Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.

Mengelak

Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

Denial (Menyangkal Kenyataan)

Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.

Fantasi

Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu

Rasionalisasi

Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.


Intelektualisasi

Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.

Proyeksi

Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.

Sumber bacaan:

Atkinson Rita L. dan Hilgard E.R. (1999). Pengantar Psikologi.
Davidoff Linda L. (1991). Psikologi - Suatu Pengantar.
Hall dan Linzey. (1995). Psikologi Kepribadian 1, Teori-teori Psikodinamis.
Microsoft Encarta Encyclopedia 2002.
















TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Adalah teori yang menjelaskan bahwa perilaku sepenuhnya merupakan hasil dari kegiatan belajar.
Tokoh dan Kerangka Berfikir Teorinya
a)Edward Lee Thomdike (1874-1949)
Menurut Thomdike,belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dengan respon.
Ia mengadakan percobaan dengan seekor kucing yang dikurung dalam sangkar yang tertutup dengan pintu kecil yang secara otomatis kalau disentuh dapat terbuka. Kalau di luar sangkar diletakan makanan maka kucing tersebut akan berusaha keluar dengan cara percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu dan kemudian berhasil keluar karena dilakukan berulang-ulang. Sehingga bentuk paling dasar dari belajar adalah “Trial and Error Learning” atau “Selecting and connecting Learning”. Sering juga disebut teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
b)Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan kaasik) adalah proses dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing sehingga kelihatan kelenjar air liurnya. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluar air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, terlebih dahulu diperlihatkan sinar merah (rangsangan buatan). Dengan sendirinya air liurnya pun akan keluar dan apabila dilakukan berulang-ulang maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan akan memperlihatkan air liurnya. Peristiwa ini disebut Reflek Bersyarat (Conditional Respons).
Becterev murid Pavlov menggunakan prinsip tersebut pada manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seperti suara lagu penjual es krim Walls atau bunyi bel dikelas. Tanpa disadari terjadi proses menandai sesuatu.
c)Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
Dikenal dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses Operant Conditioning atau pengkondisian operant (yaitu suatu proses penguatan perilaku operan berupa penguatan positif atau negatif yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan ketika ada anak kecil tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya. Maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tertentu. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
d)Robert Gagne (1916-2002)
Gagne disebut sebagai modern neobehaviorits,mendorong guru untuk merencanakan intruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi dan guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Kontribusi terbesar dari teori intruksional Gagne adalah “9 Kondisi Intruksional”,yaitu:

1. Gaining attention = mendapatkan perhatian
2. Intorn learning of objective = menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai.
3. Stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar.
4. Present new material = penyajian mareri baru
5. Provide guidance = menyediakan pembimbingan
6. Elicit performance = memunculkan tindakan
7. Provide feedback about correctness = siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang baik.
8. Assess performance = menilai hasil belajar yang ditunjukan.
9. Enhance retention and recall = meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat.
10.
e)Albert Bandura (1925- )
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbale balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan dan menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal. Sebagai contoh dalam iklan televise.

Aplikasi teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa
1. Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru
2. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun simulasi
3. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
4. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
5. Kesalahan harus segera diperbaiki
6. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
7. Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.

Kekurangan dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
Kekurangan :
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa baik hukuman verbal maupun fisik dapat berakibat buruk bagi siswa.
Kelebihan :
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
Contoh : Percaapan bahasa Asing, menari, mengetik, olah raga, dll.
Cocok diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.



Teori Belajar Humanistik

Pengertian Teori
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

Kerangka Berfikir Teori Belajar
Tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.Menurut para pendidik aliran ini I penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu : proses pemerolehan informasi baru dan personalissi informasi ini pada individu.

Tokoh –Tokohnya

Arthur Comb (1921-1999)
Meaning adalah konsep dasar yang dipakai atau digunakan. Belajar terjadi bila siswa mempunyai arti bagi siswa itu sendiri,guru tidak bisa memaksakan materi pada siswa.Guru harus memahami perilaku siswa dengan memahami persepsi siswa apabila ingin mengubah perilaku siswa. Menurut Comb perilaku buruk itu adalah ketidak mauan siswa untuk melakukan sesuatu yang tidak menimbulkan kepuasan bagi dirinya.

Maslow
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua hal yaitu adalah suatu usaha positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Pada diri manusia mempunyai berbagai perasaan takut tetapi manusia juga mempunyai perasaan yang mendorong untuk maju kea rah ke unikan diri, kearah fungsinya semua kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan. Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi tujuh hierarki yang tiap hierarki tersebut memiliki tingkat penting dalam pemenuhan yang harus dipanuhi dari yang paling dasar.

Carl Rogers
Roger membedakan dua tipe belajar yaitu: kognitif(kebermaknaan),experiental( penaglaman atau signifikan) yaitu guru menghubungkan pengetahauan akademik ke dalam pengatahuan terpakai.experiental Learning menunjuk apda pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa.

Prinsip- prinsip belajar humanistic:
A. Manusia mempunyai belajar alami
B. B elajar signifikan terjadi apabila mqateri plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
C. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persep[si mengenai dirinya
D. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
E. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar
F. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
G. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
H. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
I. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
J. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

Aplikasi Teori
Aplikasi pada teori ini adalah lebih menunjuk pada ruh atau spirit dalam proses belajar yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.Peran guru hanya sebagai fasilitatorbagi siwa dan dengan memberi motivasi,kesadaran bagi siswa ,membimbing dan memfasilitasi siswa Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pambelajaran nya.Tujuan pembelajaran lebih diutamakan pada prosenya bukan pada hasilnya.Proses pembelajaran pada umumnya yaitu adalah merumuskan tujuan belajar yang jelas,mengusahaan adanya partisipasi siswa,mendorong inisiatif siswa untuk peka kritis, mengemukakan pendapat ,guru berusaha menerima dan memberi kesempatan pada siswa serta adanya evaluasi pembelajaran Pada teori ini lebih menekankan pada proses dari pada hasil pembelajaran sehigga siswa harus aktif.




Kekurangan dan Kelebihan
Teori ini cocok untuk di terapkan pada materi- materi yang bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena social. Indikator keberhasilan dari teori ini adalah siswa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar,dan terjadi perubahan pola pikir siswa,perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.




SUMBER MATERI
Ahmadi,Abu dan Widodo Supriyono.2004.Psikologi Belajar. Rineka Cipta.Jakarta
Dakir.1993. Dasar-dasar Psikologi. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Sukmadinata,Nana Syaodi.2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosdakarya . Bandung.
Sugiharto dkk .2006 Psikologi Pendidikan. FIP UNY.
Suyantinah. 2000. Psikologi Pendidikan. FIP UNY.
Purwanti endang,Nur widodo.2005.Perkembangan Peserta Didik.Malang:Universitas Muhamadiyah Malang

Sigmund Freud, Tentang Keoribadian dan Psikoanalisis
Judul Buku : Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik FREUD
Peresensi : Syafruddin Azhar
Dimuat di : PARLE, 26 Februari - 5 Maret 2007

Tantangan di bidang Psikologi sangat luas dan rahasia. Bidang ilmu ini menyelidiki gejala fisik dan psikis yang sangat kompleks. Selain disebabkan oleh bervariasinya tingkah laku manusia, kompleksitas tersebut bisa didekati dari berbagai perspektif dan disiplin ilmu.
Di antara semua teori kepribadian yang ada, misalnya teori behavioral, teori kognitif, teori humanistik-eksistensial, terdapat nama Sigmud Freud (1856-1939) yang terutama dan para pengikutnya. Meskipun ada perbedaan di antara teoritikus Psikodinamik, semuanya memiliki beberapa pandangan yang sama, seperti pandangan determinisme psikis (pandangan bahwa tingkah laku manusia – normal dan abnormal – ditentukan oleh hasil dari proses dinamik dan konflik intrapsikis), motivasi tak sadar, dan pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku.
Dr. Freud adalah neurolog asal Austria dan pendiri aliran Psikoanalisis dalam bidang Psikologi. Psikoanalisis adalah gerakan yang mempopulerkan teori bahwa motif tidak sadar mengendalikan sebagian besar perilaku. Freud tertarik pada hipnotis dan penggunaannya untuk membantu penderita penyakit mental. Ia kemudian meninggalkan hipnotis untuk asosiasi bebas dan analisis mimpi guna mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai “obat dengan berbicara”. Hal-hal seperti ini menjadi unsur inti Psikoanalisis. Freud terutama tertarik pada kondisi yang dulu disebut “histeria” dan sekarang disebut “sindrom konversi”.
Teori-teori Freud dan caranya mengobati pasien, menimbulkan kontroversi di Wina abad ke-19, yang hingga kini masih diperdebatkan secara sengit. Gagasan Freud biasanya dibahas dan dianalisis sebagai karya sastra, filsafat, dan budaya umum, selain sebagai debat yang berterusan sebagai risalah ilmiah dan kedokteran.
Teori Psikodinamik berasal dari teori Psikoanalisis Freud. Penjelasan dalam buku Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud karya Yustinus Semiun ini difokuskan pada pandangan Sigmund Freud.
Teori “Psikoanalisis Freud” memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman masa kanak-kanak awal. Dalam pandangan ini, benih-benih dari gangguan psikologis sudah ditanamkan pada tahun-tahun awal pertumbuhan. Pandangan Freud tentang seksualitas masa kanak-kanak benar-benar jelas dan kontroversial.
Freud juga mengemukakan tiga struktur mental atau psikis, yakni Id, Ego, dan Superego. Satu-satunya struktur mental yang ada sejak lahir adalah id, yang merupakan dorongan biologis dan berada dalam ketidaksadaran. Id beroperasi menurut prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan mencari kepuasan segera. Ego adalah pikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principle) yang memuaskan dorongan id menurut cara-cara yang dapat diterima masyarakat. Adapun superego, yang terbentuk melalui proses identifikasi dalam pertengahan masa kanak-kanak, merupakan bagian dari nilai-nilai moral dan beroperasi menurut prinsip moral.
Mekanisme pertahanan seprti represi, melindungi ego dari kecemasan dan mengeluarkan dorongan yang tidak dapat diterima dari kesadaran. Meskipun menggunakan mekanisme pertahanan adalah normal, namun bila digunakan secara berlebihan dapat menyebabkan pola tingkah laku abnormal.
Berdasarkan kajian Freud, ada garis tipis perbedaan antara yang normal dan abnormal (dalam hal derajat). Orang normal dan abnormal didorong oleh dorongan irasional dari id. Normalitas hanya merupakan masalah keseimbangan energi antara struktur psikis dari id, ego, dan superego.
Freud berpendapat bahwa manusia dapat menjadi neurotik – bahkan psikotik - struktur mental menjadi tidak seimbang. Pada orang-orang normal, ego memiliki kekuatan untuk mengontrol insting dari id dan untuk menahan hukuman dari superego.
Walaupun buku ini terbilang menyangkut hal-hal yang sifatnya teknis Psikologi, namun Yustinus Semiun menuturkannya dengan gaya penyajian populer sehingga dapat diterima secara luas oleh kalangan di luar bidang Psikologi. Buku ini menarik dan menyegarkan untuk disimak oleh siapa pun yang ingin memahami dirinya sendiri secara ilmiah.

. Mekanisme pertahanan ego. Setiap manusia mempunyai suatu pertahanan untuk melindungi harga dirinya, hal inilah yang menyebabkan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang kadangkala jauh berbeda dari keadaan yang ada di dalam dirinya. Seorang anak remaja yang tertarik pada teman sekolahnya kadang-kadang menunjukkan perilaku membenci atau sombong di hadapan orang yang dia taksir, dalam hal ini perasaan tertarik dia tunjukkan sebagai sikap benci untuk menutupi perasaan canggung (malu). Dalam kaitannya dengan perilaku sombong yang ditunjukkan oleh seseorang, maka hal ini bisa merupakan mekanisme pertahanan ego untuk menutupi kekurangan dirinya. Dalam hal ini orang yang kurang pandai bisa saja menutupi kekurangannya itu dengan suatu perilaku sombong menyebut diri sebagai keturunan orang hebat di masa lampau, begitu juga orang yang merasa kurang tampan bisa saja menutupi kelemahannya dengan membanggakan kekayaan orangtuanya dan berbagai kebanggaan lainnya.

Defense-Mechanism: Projection

Lagi2 bermain di area psycho-analytic.


Apakah defense-mechanism? (selanjutnya kita singkat DM) ialah: strategi mendistorsi kenyataan yang digunakan oleh ego untuk membentengi diri dari kesadaran atas materi-materi yang menimbulkan kecemasan. Hemm..lagi-lagi kecemasan.

Begini, psychoanalytic menkonstruk personality atas: id, ego dan superego. Masing-masing punya fungsi dan peranan dalam merespon stimuli. Fungsi id yang berbasis kesenangan/hedonisme, superego yang ketat dalam urusan moral, sementara fungsi ego (inti kepribadian) sebagai eksekutor. Eksekusi didasarkan atas apa? Standard nilai masyarakat.

Terjadi pertempuran antara impuls / hasrat id dan superego yang menimbulkan kecemasan. Ego sebagai wilayah tengah berupaya menetralisir keduanya. Ego adalah kesanggupan (secara potensial) seseorang untuk bertindak. Kecemasan neurotik dapat diatasi dengan distorsi realitas secara bawah sadar melalui DM / mekanisme pertahanan, untuk melindungi ego dari kecemasan.

DM merupakan reaksi alam bawah sadar yang tidak disadari oleh pelaku. Seperti gerak refleks, respon pertama yang secara spontan diberikan dalam menghadapi stimuli. Ada beragam jenis DM. Salah satu yang akan kita bahas di sini adalah: proyeksi yaitu, menimpakan impuls2 yang tidak dapat diterima oleh diri sendiri kepada orang lain sehingga menganggap orang lain yang memilikinya, atau definisi lain:
mengalihkan kesalahan dan kegagalan diri dengan mencari kesalahan dan kegagalan orang lain
upaya melampiaskan hasrat diri dan pikiran yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku dengan menuduh orang lainlah yang memiliki hasrat dan pikiran buruk tersebut.


Contohnya gimana mb Dian?Misalnya nih, orang yang tidak capable dalam suatu pekerjaan akan memproyeksikan bahwa orang lainlah yang tidak becus bekerja. Orang yang kejam justru akan menganggap dunia inilah yang kejam. Atau orang yang frustrasi di pekerjaannya akan memproyeksikan dengan membuat / mengkondisikan situasi yang membuat orang lain menjadi frustrasi juga, misalnya dengan melakukan verbal-agression seperti; menghina, meng-under-estimated, menteror, mendiskreditkan.

Rasa tidak puas pada diri sendiri diekspresikan dengan verbal-agresi pada orang lain. Umumnya yang menjadi pelampiasan adalah orang yang tidak punya power atau bisa juga benda tertentu / obyek yang lebih lemah.




Contoh lainnya, orang yang sering berkhianat justru akan cemburu berat pada pasangan dan bersifat over-protektif, rada parno.

Semakin kuat benturan antara id dan superego makin dibutuhkan DM. Menjadi persoalan bila defense menjadi eksesif sehingga akan menganggu keutuhan integritas fungsi kepribadian secara menyeluruh.

Apabila konflik antara id dan superego ini tidak dapat diselesaikan akan menyebabkan berkembangnya simptom2, fobia dan masalah perilaku.

Jadi gimana dong solusinya? Merekonstruk mind-set: Membangun pemaknaan yang benar terhadap eksistensi kita hari ini. Mencari tau apa yang menjadi tujuan hakiki kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar