BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sindrom cushing adalah penyakit yang disebabkan kelebihan hormon kortisol. Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing seorang ahli bedah yang pertama kali mengidentifikasi penyakit ini pada tahun 1912.
Penyakit ini disebabkan ketika kelenjar adrenal pada tubuh tarlalu banyak memproduksi hormon kortisol, komplikasi yang menyebabkan kecacatan pada penderita, yang akan mengakibatkan keterbatasan aktivitas, citra diri yang kurang bahkan kematian. Maraknya penyakit ini semakin menambah tantangan bagi tenaga kesehatan dan semakin meresahkan masyarakat. Masyarakat merupakan sasaran utama bagi tim kesehatan, keresahan masyarakat adalah keresahan tim kesehatan. Dari itu kelompok kami tertarik mengangkat tema sindrom cushing kedalam bentuk makalah. Semua permasalahan yang berkaitan dengan konsep dasar sindrom cushing dan asuhan keperawatan sindrom cushing dibahas dibahas pada makalah ini.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara jelas konsep dasar sindrom cuhing dan asuhan keperawatan pada klien dengan Sindrom Cushing
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan bagaimana manifestasi klinis pada klien dengan sindrom cushing
b. Memberikan pengetahuan tentang patofisiologi dari sindrom cushing itu sendiri
c. Memberikan gambaran tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom cushing
C. Ruang Lingkup
Karena luasnya permasalahan dan keterbatasan literatur yang ada maka penulis hanya membatasi tentang konsep dasar sindrom cushing dan asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom cushing
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan tentang konsep dasar sindrom cushing dan asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom cushing dengan cara studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber yang ada di perpustakaan AKPER YARSI Pontianak.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II :Landasan teoritis yang terdiri dari anatomi dan fisiologi sistim endokrin, konsep dasar sindrom cushing, pengertian, etiologi, manefestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan penanganan
Bab III : Asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom cushing yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi
Bab IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi fisiologi
Pembagian di dalam tubuh kelenjar endokrin terdiri atas :
1. Kelenjar hipofisis
Suatu kelenjar endokrin yang terletak didasar tengkorak yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Kelenjar hipofise mempunyai 2 lobus :
a. Lobus anterior (adenohepofise) yang menghasilkan hormon antara lain :
1) Hormon somatropik, mengendalikan pertumbuhan tubuh.
2) Hormon titropik, mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroksin.
3) Hormon adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal.
4) Hormon berasal dari follicle stimulating hormon (FSH) yang merangsang folikel degraf dalam oranium dan pembentukan spermatozoa dalam testis.
5) Luitiezing hormon (LH), mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron dalam testis (ICTH)
b. Lobus posterior disebut juga Neotohepoise mengeluarkan 2 jenis hormon :
1) Hormon Antideirehli
2) Hormon Oksifeksin
2. Kelenjar tyroid
Merupakan kelenjar yang terdapat dalam leher bagian depan bawah melekat pada dinding laring yang menghasilkan dan mamproduksi hormon tyroxin yang mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani dan pertukan zat metabolisme dalam tubuh
3. Kelenjar paratyroid
Terletak disetiap sisi kelenjar tyroid yang terdapat di dalam leher yang menghasilkan para hormon dan para tyroksin yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor dalam tubuh
4. Kelenjar tymus
Terletak di dalam torak kira-kira sehingga leifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus yang berfungsi mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi aktivitas kelenjar kelamin
5. Kelenjar supra renal/ adrenal
Kelenjar sura renal jumlahnya 2 bagian, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukuranya berbeda-beda ,beratnya kira-kira 5-9 gram, kelenjar supra renal ini terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks. Korteks adrenal terdiri atas 2 epitel besar yang mengandung lipid, dinamakan foam cells, yang tersusun melingkari sinosoid-sinosoid.
b. Kortek adrenal terdiri atas 3 lapisan dari luar kedalam yaitu :
1) Zona glumerulosa
Lapisan tipis terdiri atas sel-sel granoloid yang tersusun tidak teratur, terletak paling luar tepat di bawah kapsul.
2) Zona Fasikulata
Terdapat di bawah zona glomerolusa, merupakan lapisan yang paling tebal terdiri atas sel-sel tersusun radial.
3) Zona Retikularis
Terdiri atas sel-sel yang menyarupai jala berbatasan dengan medula zona glomurolosa menghasilkan mineraokortikoid dan zona yang lebih dalam letaknya. Menghasilkan glukokortikoid dan kortikoid androgen.
Berdasarkan aktivitas metabolik hormon-hormon yang disekresi oleh korteks adrenal dapat dibagi menjadi 3 golongan diantaranya :
1) Golongan glukokortikoid
terdapat metaboolisme, karbohidrat, lemak, dan protein, yang memacu glikogenilisis, katogenesis, dan katabolisme protein, yang memacu glikogenesis, glukoneogenesis, ketogenesisdan katabolisme protein terhadap pembuluh darah meningkatkan respon terhadap katekolamin terhadap jantung memacu kekuatan kontraksi. Terhadap saluran cerna meningkatkan sekresi asam lambung dan absorbsi lemak menyebabkan erosi selaput lendir. Terhadap tulang menyebabkan terjadinya osteoporosis oleh karena menghambat aktivitas osteoblast dan absorbsi kalsium di usus halus dan anti inflamasi dan imonosupresi. Termasuk golongan ini adalah kortisol.
2) Golongan Mineralikortikoid
Merupakan keseimbangan air dan elektrolit melalui tubulus ginjal, termasuk golongan ini yang paling utama adalah aldosteron dan desoksikostikosteron.
3) Golongan Kortikoid androgen
Berkembangnya kadar kortisol dalam plasma menghambat sekresi kortikotropin releasing factor ( CRF ) dengan akibat sekresi adrenolkosticotropik(ACTH) juga berkurang. Hal ini menyebabkan sekresi kortisol juga berkurang.
c. Bagian medula yang menghasilkan adrenal(efinefrin) dan noradrenal (nor efinefrin)
Fungsi kelenjar supra renalis sebagai berikut :
a. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
b. Mengatur atau mempengaruhi metabolisme, lemak, hidrat arang dan protein
c. Mempengaruhi aktivitas jaringan limfoid
d. Vasokontriksi pembuluh darah perifer
e. Relaksasi bronkus
f. Kontraksi selaput lendir dan akteriole pada kulit sehingga berguna untuk mengurangi pendarahan pada operasi kecil
6. Kelenjar pienalis( epifises )
Kelenjar ini terdapat di dalam otak, didalam ventrikel berbentuk kecil merah seperti buah cemara, terletak dekat korpus menghasilkan sekresi interna dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin
7. Kelenjar pankreatika
Terdapat pada belakkang lambung didepan vertebra lumbalis I dan II terdiri dari sel-sel alfa dan beta,sel alfa yang menghasilkan hormon glukosa sedangkan sel beta menghasilkan hormon insulinika.
8. Kelenjar kelamin
a. Kelenjar testistika, terdapat pada pria terletak pada skrotum menghasilkan hormon testosteron
b. Kelenjar avorika, terdapat pada wanita, terletak pada ovarium disamping kiri dan kanan uterus. Menghasilkan hormon progesteron dan estrogen.
B. Konsep dasar
1. Pengertian
Syndrom cushing adalah penyakit yang disebabkan kelebihan hormon kortisol (WWW.Google.com )
Syndrom cushing adalah penyakit akibat aktivitas korteks adrenal yang meningkat dalam pemberian kortikosteroid atau ACTH ( Suzzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare. 2001 : 1327-1328 )
Syndrom cushing adalah syndrom yang diakibatkan oleh aktivitas adrenolkortikal yang berlebihan ( Baughman dkk. 2001 : 486 )
2. Etiologi
a. Tumor kelenjar hipofise
Kelenjar yang menghasilkan ACTH dan menstimulusi korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi hormonya.
b. Pemberian obat kortikosteroid atau ACTH
c. Hiperplasia atau neoplasma adrenal (tumor adrenalkortikal )
3. Manifestasi klinis
a. Obesitas, perubahan muskuluskuletal dan intoleransi glukosa.
b. Kelemahan dan lemas : terjadi gangguan tidur karena terjadi perubahan sekresi kortisol diurnal.
c. Katabolisme protein yang berlebihan dengan kehilahangan masa otot dan osteoporosis : kefosis, sakit pinggang.
d. Hipertensi.
e. Gagal jantung kongestif.
f. Penampilan wajah bulan.
g. Kulit berminyak dan berjerawat.
h. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
i. Hiperglikemia.
j. Gangguan aktifitas mental, mungkun terjadi psikosis.
k. Mengelu lemah dan mudah lelah.
l. Punuk kerbau pada bagian posterior leher.
m. Badan yang besar dan ekstrimitas yang relative kurus.
n. Kelaki-lakian dan feminim
4. Patofisiologi
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yang mencakup umur kelenjar hipofisis yang mneghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduski dengan jumlah yang adekuat. Hoperflasia kelenjar adrenal dan pemberian kortikosteroid atau ACTH dapat pula menimbulkan sindrom cushing, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan fungsi kortek adrenal menjadi tidak efektif dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan menghilang. Tanda dan gejala sindrum cushing terutama terjadi sebagai akibat dari sekresi glukokortikoid dan androgen yang berlebihan, mekipun sekresi meneralorkortikoid juga dapat teSrpengaruh.
Pathway
Etiologi
(Tumor kelenjar hopofisis dan pemberian obat ACTH)
↓
Peningkatan ACTH
↓
Kelenjar Adrenalin ← Hiperplasia andrenal
↓
Menstimulasi korteks adrenal
↓
Peningkatan hormon kortisol
↓
Menghambat CRF
↓
Tidak efektifnya korteks adrenal →
↓
ACTH dan kortisol hilang
↓
Sidrom cushing
5. Komplikasi
a. Krisis Addison
Merupakan hipofungsi anak ginjal dengan gejala kehilangan tenaga dan perubahan warna kulit menjadi tengguli
b. Efek yang merugikan pada aktifitas korteks adrenal
Fungsi dari korteks mengalami disfungsi dimana fungsi ginjal tidak maksimal
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Uji supresi deksametason.
Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.
b. Pengambilan sampele darah.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol, plasma.
c. Pengumpulan urine 24 jam.
Untuk memerikasa kadar 17 – hiroksikotikorsteroid serta 17 – ketostoroid yang merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam urine.
d. Stimulasi CRF.
Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat – tempat tropi.
e. Pemeriksaan radioimmunoassay
Mengendalikan penyebab sindrom cushing
f. Pemindai CT, USG atau MRI.
Untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan biasanya diarahkan pada kelenjar hipofisis karena mayoritas harus disebabkan oleh tumor hipofisis ketimbang oleh tumor korteks adrenal.
a. Pengkatan melalui pembedahan merupakan pengobatan pilihan yang sering dulakukan.
b. Implantasi jarum yang mengandung isotop ridioaktif kedalam kelenjar hipofisis.
c. Adrenalektomi pada pasien dengan hipotropi adrenal primer.
d. Pasca operatif, terapi penggantian hidrokortison temporer mungkin diberikan sampai kelenjar adrenal mulai berespon secara normal.
e. Jika dilakukan adrenalektomi bilateral, maka dibutuhkan terapi penggantian hormone korteks adrenal seumur hidup.
f. Jika sindrom asing disebabkan oleh korti kosteroid eksogen, maka lakukan penurunan obat sampai kadar minimum untuk mengobati penyakit yang mendasari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN SINDROM CUSHING
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : Insomnia, sensitifitas, otot lemah, gangguan koordnasi, kelelahan berat.
Tandanya : Atrofi otot
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina).
Tandanya : Distritnia, irama gallop, mur – mur, takikardiasaat istirahat.
3. Eliminasi
Gejala : Urine dalam jumlah banayak, perubahan dalam feses : diare..
4. Itegritas ego
Gejala : Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik..
Tandanya : Emosi letal, depresi.
5. Makanan atau cairan
Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, mual dan muntah.
6. Neorosensori
Gejala : Bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan prilaku seperti binggung, disorientasi, gelisa, peka rangsangan, delirium.
8. Pernafasan
Tandanya : Frekuensi pernafasan meningkatan, takepnia dispnea.
9. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri orbital, fotobia.
10. Keamanan
Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan tandanya suhu meningkat diatas 37,40CC, retraksi, iritasi pada kunjungtiva dan berair.
11. Seksualitas
Tandanya : Penurunan libido, hipomenoria, amenoria dan impoten.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, gangguan fungsi seksual dan penurunan tingkat aktifitas.
2. Resiko Cedera dan Infeksi berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolism protein serta respon inflamasi
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, perasaan mudah lelah, atropi otot dan perubahan pola tidur.
4. Gangguna integritas kulit berhubungan dengan edema, gangguan kesembuhan dan kulit yang tipis serta rapu.
5. Gangguan proses berfikir pada fluktuasi emosi, iritabilitas dan depresi.
C. Intervensi
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, gangguan fungsi seksual dan penurunan tingkat aktifitas.
a. Tujuan
1) Kembalinya citra tubuh seperti normal.
b. Intervensi
1) dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan diri
2) berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan
3) Berikan kesempatan berbagai rasa dengan individu yang mengalami pengalaman sama
4) Gunakan bermain peran untuk membantu pengungkapan
5) Dorong memandang bagian tubuh
6) Dorong menyentuh bagian tubuh tersebut
7) Bantu resolusi yang membuat perubahan citra tubuh
8) Dorong orang terdekat untuk memberi support individu
2. Resiko Cedera dan Infeksi berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolism protein serta respon inflamasi.
a. Tujuan :
1) Klien bebas cedera jaringan lunak atau fraktur.
2) Klien bebas dari area elektronik.
3) Klien mengalami kenaikan sauhu tubuh, kemarahan, nyeri atau tanda – tanda.
b. Intervensi :
1) Ciptakan lingkungan yang protektif untuk mencegah jatuh, traktur dan cedera lainnya pada tulang dan jaringan lunak.
2) Klien yang sangat lemah membutuhkan bantuan sangat ambulasi untuk mencegah terjatuh atau terbentur.
3) Kaji klien dengan sering terhadap tanda – tanda ringan infeksi karena efek antiflamasi kortikosteroid dapat mengaburkan tanda – tanda umum inflamasi dan infeksi.
4) Berikan diet tinggi protein, kalsium dan vitamin D untuk meminimalkan penipisan massa otot dan osteoporosis.
5) Rujukan kepada ahli diet untuk memilih jenis – jenis makann.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, perasaan mudah lelah, atropi otot dan perubahan pola tidur.
a. Tujuan
1) Meningkatkan keikutsertaan dalam aktifitas diri.
2) Klien bebas dari komplikasi imobilitas.
b. Intervenasi
1) Rencanakan aktifitas latihan untuk meningkatkan perubahan periode istirahat dan aktifitas.
2) Kelemaha, keletihan dan penipisan massa otot membuat klein dengan sindrom cushing mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas normal.
3) Atur aktifitas menjadi tahap – tahap yang sederhana dan berikan dorangan klein untuk melakukannya untuk mencegah komplikasi imobilitas.
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk meningkatkan isirahat dan tidur.
5) Pendidikan kesehatan tentang pentingnya perawatan diri dan menjaga kesehatan diri.
4. Gangguna integritas kulit berhubungan dengan edema, gangguan kesembuhan dan kulit yang tipis serta rapu.
a. Tujuan
1) Meningkatkan perawatan kulit.
b. Intervensi
1) Lakukan perawatan kulit yang cermat untuk menghindari terjadinya trauma pada kulit yang rapuh.
2) Hindari plester adetif yang dapat merobek dan mengiriritasi kulit.
3) Kaji tonjolan tulang dengan teratur.
4) Beri dorongan dorongan kepada klien untuk mengubang posisi tubuhnya dengan teratur.
5) Berikan lotion sehabis mandi.
5. Gangguan proses berfikir pada fluktuasi emosi, iritabilitas dan depresi.
a. Tujuan
Klien mampu berfikir secara maksimal
b. Intervensi
1) Jelaskan pada pasien dan keluarga tantang penyebab ketiadak stabilan emosional.
2) Bantu klien dan keluarga klien mengatasi ketidak stabialan suasana hati, mudah tersinggung dan depresi yang mungkin terjadi.
3) Berikan dorongan pada klien dan anggota keluarga untuk mengungkapkan perasaan – perasaan mereka.
4) Laporkan setiap psikotik yang terjadi pada pasien.
5) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk menstabilkan pikiran.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrum cushing merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelebihan homon kortisol akaibat dari tumor kelenjar hipofisis, tumor kelenjar adrenalin, dan penggunaan obat kotikostroid.
Sindrom cashing bukan penyakit yang bisa disepelakan apabila tidak segera diobati, bila menimbulkan komplikasi yang berakibat pada kematian.
Dalam memberikan Asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom cashing memerlukan penguasaan materi yang kuat guna memberikan pelayanan yang sesuai dan intervensi yang tepat.
D. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan mutu dalam pemberian asuhan keperawatan hendaknya tim kesehatan khususnya perawat terlebih dahulu menguasi konsep dasar dan asuhan keperawatan..
2. Dalam pembuatan makalah ini kami merasa terbantu dengan adanya sarana seperti perpustakaan yang menjadi literatur-literatur tentang konsep dasar sindrom cashing, dan diharapkan bagi sivitas akademika untuk selalu memperhatikan setiap literatur-literatur dan menambah literatur-literatur yang baru.
3. Diharapkan selalu ada kerjasama antara perawat dan dokter serta tim kesehatan lainnya dan masyarakat, karena dengan adanya kerjasama yang baik maka nformasi yang dibutuhkan dapat dengan mudah diketahui.
4. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan hendaknya adanya penambahan sarana dan prasarana seperti alat - alat kesehatan yang mendukung guna mamper mudah intervensi keperawatan.
DAFTAR ISI
Bugman, Danne C., dkk. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah Bruner dan Suddarth. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Jual. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Rumahorbo, Hotman. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.
Smetzer, Suzzana C., dkk. 2001 Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Perawat Edisi 2 . Jakarta : EGC.
www. Google. com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar