Selasa, 22 Juni 2010

LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN


A. MASALAH UTAMA
Resiko Perilaku Kekerasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian dan Tanda Gejala
perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Iyus Yosep,2007)
kekerasan adalah kekuatan fisik yang digunakan untuk menyerang atau merusak orang lain. tindakan ini merupakan tindakan yang tidak adil dan sering mengakibatkan cedera fisik (Ana Isaqcs,2005).
tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu :
a. muka merah dan tegang
b. pandangan tajam
c. mengatupkan rahang dengan kuat
d. mengepalkan tangan
e. berjalan mondar-mandir
f. bicara kasar
g. suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. mengancam secara verbal atau fisik
i. melempar atau memukul benda/orang lain
j. merusak barang atau benda
k. tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan

2. Penyebab masalah utama dan mekanisme
a. faktor predisposisi
1) faktor psikologis
frustation aggresion theory, teori yang dikembangkan oleh pengikut Freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hamabatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi. jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif, mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau pengalaman hidup. ini menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. beberapa contoh dari pengalaman tersebut :
a) kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak mampu untuk menyelesaikan secara efektif
b) severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada masa kanak-kanak, atau seduction parental yang mungkin telah merusak hubungan saling percaya (trust) dan harga diri
c) terpapar kekerasan selama dalam keluarga, sehingga membentuk pola pertahanan atau koping

2) faktor sosial budaya
kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. adanya norma dapat membantu mendefenisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang agresif.

3) faktor biologis
penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik) binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif. perangsangan yang diberkan terutama pada nukleus perifoiniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri, menggeram, matanya terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menerkam tikus atau objek yang ada disekitarnya. jadi kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indera penciuman dan memori).
neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif : serotonin, dopamin, norepinephrine, acetilkolinm dan asam amino GABA. faktor-faktor yang mendukung :
a) masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
b) sering mengalami kegagalan
c) kehidupan yang penuh tindakan agresif
d) lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)

b. faktor presipitasi
secara umum, seseorang dan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama-sama mengidentifikasinya. ancaman dapat berupa internal maupun eksternal. contoh stressor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain. sedangkan contoh dari internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita.
bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua yaitu :
1) klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri
2) lingkungan : ribut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik interaksi sosial

c. mekanisme koping
perawat perlu mengidentifikasikan mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanissme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement (dapat mengungkapkan kemarahan pada objek yang salah, misalnya pada saat marah pada dosen, mahasiswa mengungkapkan kemarahan dengan memukul tembok. proyeksi yaitu kemarahan dimana secara verbal mengalihkan kesalahan diri sendiri pada orang lain yan dianggap berkaitan, misalnya pada saat nilai buruk seorang mahasiswa menyalahkan dosennya atau menyalahkan sarana kampus atau menyalahkan admistrasi yang tidak becus mengurus nilai. mekanisme koping yang lainnya adalah represi, dimana individu merasa seolah-olah tidak marah dan tidak kenal, ia tidak mencoba menyampaikannya kepada orang terdekat atau ekpress feeling, sehingga rasa marahnya tidak terungkap dan ditekan sampai ia melupakannya.
perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh seseorang yang diangga sangat berpengaruh dalam hidupnya. bila kondisi tersebut tidak berakhir dapat menyebabkan perasaan ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi akan timbul halusinasi yang menyuruh untuk melakukan tindakan kekerasan dan ini terdapat terhadap resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik untuk menghadapi keadaan klien mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif), hal ini tentunya menyebabkan klien akan sering keluar masuk RS/timbulnya kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal.

d. rentang respon
adaptif maladaptif
asertif frutasi pasif agresif amuk/PK

asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah.
frustasi adalah respons yang terjadi akibat mencapai tujuan karena tujuan yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.
agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. perilaku yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

3. akibat dari masalah utama
klien dengan perilaku kekerasaan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dan lain-lain. sehingga klien dengan perilaku kekerasaan beresiko untuk mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan AKIBAT

Resiko Perilaku Kekerasaan CORE PROBLEM

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah SEBAB



D. MASALAH KEPERAWATAN (DATA YANG PERLU DIKAJI)
1. Resiko Perilaku Kekerasaan
data subjektif :
  • klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
  • klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah
  • riawayat perilaku kekerasaan atau gangguan jiwa lainnya
data objektif :
  • mata merah, wajah agak merah
  • nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai
  • ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
  • merusak dan melempar barang-barang
2. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan
data subjekti :
  • klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
  • klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah
  • riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
data objektif :
  • muka merah dan tegang
  • pandangan tajam
  • mengatupkan rahang dengan kuat
  • mengepalkan tangan
  • jalan mondar-mandir
  • bicara kasar
  • suara tinggi, menjerit atau berteriak
  • mengancam secara verbal atau fisik
  • melempar atau memukul benda/orang lain
3. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
data subjektif :
  • mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
  • mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
  • mengungkapkan tidak bisa apa-apa
  • mengungkapkan dirinya tidak berguna
  • memgkritik diri sendiri
  • perasaan tidak mampu
data objektif :
  • merusak diri sendiri
  • merusak ornag lain
  • ekspresi orang lain
  • menarik diri dari hubungan sosial
  • tampak mudah tersinggung
  • tidak mau makan dan tidak tidur
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Perilaku Kekerasaan

F. RENCANA KEPERAWATAN
1. tujuan SP 1 P
a. mengidentifikasi penyebab PK
b. mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. mengidentifikasi PK yang dilakukan
d. mengidentifikasi akibat PK
e. mengajarkan cara mengontrol PK
f. melatih klien cara kontrol PK fisik 1 (nafas dalam)
g. membimbing klien memasukkan dalam jadwal harian

rencana tindakan :
  • bina hubungan saling percaya
  • diskusikan bersama klien penyebab PK
  • diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab PK
  • diskusikan bersama klien PK yang biasa dilakukan klien pada saat marah
  • diskusikan bersama klien akibat PK
  • diskusikan bersama klien cara mengontrol PK
  • latih klien cara kontrol PK dengan fisik 1 (tarik nafas dalam)
2. tujuan SP 2 P
a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. melatih klien mengontrol PK dengan cara fisik 2 (memukul kasur bantal)
c. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

rencana tindakan :
  • beri kesempatan kepada klien untuk mempraktekkan latihan nafas dalam
  • bantu klien untuk mensimulasikan cara pukul kasur bantal (role play)
  • identifikasi lagi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi PK
  • beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasikan cara tersebut
3. tujuan SP 3 P
a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. melatih klien mengontrol PK dengan cara verbal
c. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

renacana tindakan :
  • beri kesempatan kepada klien untuk mempraktekkan latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal
  • bantu klien untuk mensimulasikan cara verbal (role play)
  • identifikasi lagi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi PK
  • beri reinforcement positif atas keberhasilan klien
4. tujuan SP 4 P
a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. melatih klien mengontrol PK dengan cara spiritual
c. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

rencana tindakan :
  • beri kesempatan kepada klien untuk mempraktekkan latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal dan verbal
  • bantu klien untuk mensimulasikan cara spiritual (role play)
  • beri reinforcement positif atas keberhasilan klien

5. tujuan SP 5 P
a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. melatih klien mengontrol PK dengan cara minum obat
c. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

rencana tindakan :
  • beri kesempatan kepada klien untuk mempraktekkan latihan cara fisik, verbal dan spiritual
  • bantu klien untuk mensimulasikan cara minum obat (role play)
  • identifikasi lagi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi PK
  • jelaskan kepada klien bahwa 5 cara mengontrol PK sudah dilakukan sehingga klien dapat melatih cara-cara yang sudah diajarkan
  • beri reinforcement positif atas keberhasilan klien


G. DAFTAR PUSTAKA
Isaacs, Ann. (2004). Keperawatan Keshatan Jiwa dan Psikiatrik, edisi 3. jakarta : EGC
Keliat, Budai Anna. (1991). Marah Akibat Penyakit yang Diderita. jakarta : EGC
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. bandung : Refika Aditama
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa, edisi revisi. bandung : Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar