Sabtu, 18 April 2009

BAB I
P E N D A H U L U A N

A. Latar Balakang
Trauma otak semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Di Amerika Serikat didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma. 25 % diantaranya karena trauma otak langsung, sedangkan 5 % lagi merupakan trauma otak tak langsung atau penyerta.
Sedangkan satu dari 10.000-20.000 penduduk akan meninggal tumor otak. Pada 20% pasien otak dan meningennya akan diinvansi oleh deposit metastatic dari tumor di tempat lain, tanpa adanya tanda-tanda klinis neorologik. Pada suatu laporan dari rumah sakit psikiatrik insiden tumor otak primer bahkan lebih tinggi dan dilaporkan sebesa 1%.
Maka dari itu kami membuat makalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak yang memungkinkan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari laporan kasus ini adalah untuk :
1. Memberi Informasi yang jelas mengenai asuhan keperawatan pada Tumor Otak.
C. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penyusunan laporan penulis hanya membahas pada asuhan keperawatan pada Tumor Otak.
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan kasus ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus dengan cara mengumpulkan data, menganalisa data dana menarik kesimpulan dari kasus. Metode laporan kasus ini dilakukan dengan cara : Studi kepustakaan, yaitu memperlajari buku – buku dan sumber – sumber lainnya untuk mendapatkan dasar – dasar ilmiah yang berhubungan den gan permasalahan dalam laporan kasus..
E. Sistematika Penulisan
Adapun Sistematika penulisan laporan kasus terdiri dari 3 Bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan
Bab II : Landasan Teoritis yang terdiri dari : Pengertian, Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan dan Konsep Dasar Tumor Otak.
Bab III : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA

BAB III
TINJAUAN TEORITIS


A. Anatomi Sistem persyarafan
1. Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum ) dan otak kecil ( serebelum )
a. Otak besar (serebrum)
Terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Permukaan otak bergelumbang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti sebuah lekukan yang disebut girus.
1) Otak besar merupakan pusat dari :
a) motorik : impuls yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf kemudian menuju ke pusat kontraksi otot
b) sensorik : setiap impuls sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel saraf yang selanjutnya akan mencapai otak antara lain ke korteks serebri.
c) Refleks : berbagai kegiatan refleks berpusat di otak dan batang otak sebagian lain di bagian medulla spinalis.
d) Kesadaran : bagian batang otak yang disebut formasio retikularis bersama bagian lain dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran utama.
e) Fungsi luhur : pusat berfikir , berbicara berhitung dan lain – lain.
Pada bagian anterior sulkus sentralis merupakan bagian motorik penggerak.otot
b. SEREBLUM
Otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan dan kooardinasi gerakan.
Pada daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar otak disekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri carotid interna dan vertebral, lingkaran inilah yang disebut sirkulus willisi yang dibentuk dari cabang-cabang arteri carotid interna, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Arteri pada sirkulus willisi memberi alternative pada aliran darah jika salah satu aliran darah ateri.mayor.tersumbat.
2. CAIRAN.SEREBROSPINAL
Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007. diproduksi didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla spinalis melalui sistem ventricular. Cairan CSS diproduksi di pleksus koroid pada ventrikel lateral ketiga dan keempat, secara organik dan non organik cairan CSS sama dengan plasma tetapi mempunyai perbedaan konsenterasi. CSS mengandung protein, glokosa dan klorida, serta immunoglobulin. Secara normal CSS hanya mengandung sel darah putih yang sedikit dan tidak mengandung sel darah merah. Cairan CSS didalam.tubuh.diserap.oleh.villiarakhnoid.
3. MEDULA.SPINALIS
a. merupakan pusat refleks - refleks yang ada disana
b. penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik
c. penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik
d. pusat pola geraka sederhana yang telah lama di pelajari contoh melangkah.

Saraf.somatic adalah Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saaf motorik dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf otak dan saraf spinal.
Saraf.otak.ada.12.pasang :
1) saraf olfaktorius ( N1 ) : untuk penghidu penciuman
2) saraf opticus ( N2 ) : saraf penglihatan
3) saraf okulomotorius ( N3 ) : saraf motorik penggerak otot bola mata
4) saraf troklearis ( N4 ) : motorik penggerak bola mata
5) saraf trigeminus ( N5 ) : merupakan saraf sensorik dan motorik dengan 3 cabang yaitu bagian optical, maksilaris, mandibularis.
6) saraf abdusens ( N6 ) : motorik penggerak bola mata
7) saraf fasialis ( N7 ) : sensorik daerah wajah
8) saraf audiotorius ( N8 ) : sensorik pendengaran dan keseimbangan
9) saraf glosofaringeus ( N9 ) : sensorik dan motorik sekitar lidah dan faring
10) saraf vagus ( N10 ) : merupakan saraf otonom terutama pada paru, jantung, lambung, usus halus dan sebagian usus besar.
11) saraf asesorius ( N11 ) : motorik pengerak otot sekitar leher
12) saraf hipoglosus ( N12 ) : motorik otot lidah
4. SARAF SPINAL
Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra
a. saraf servikal 8 pasang
b. saraf torakal 12 pasang
c. saraf lumbal 5 pasang
d. sara sacrum / sacral 5 pasang
e. saraf koksigeal 1 pasang
saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik masuk medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik kaluar dari medula spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal
Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus (anyaman) dan terbentuklah berbagai saraf ( nervus ) seperti saraf iskiadikus untuk sensorik dan motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak membentuk anyaman tetapi masing – masing lurus diantara tulang kosta( nervus inter kostalis ). Umumnya didalam nervus ini juga berisi serat autonom, terutama serat simpatis yang menuju ke pembuluh darah untuk daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks serebri sampai ke perifer terjadi penyebrangan (kontra lateral) yaitu yang berada di kiri menyebrang ke kanan begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi kerusakan di pusat motorik kiri maka yang mengalami gangguan anggota gerak yang sebelah kanan.
5. SARAF OTONOM
System saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung, paru, serta alat pencernaan. Sistim otonom dipengaruhi saraf simpatis dan parasimpatis.
Peningkatan aktifitas simpatis memperlihatkan :
a. kesiagaan meningkat
b. denyut jantung meningkat
c. pernafasan meningkat
d. tonus otot – otot meningkat
e. gerakan saluran cerna menurun
f. metabolisme tubuh meningkat.
Semua ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua itu tampak pada manusia apabila menghadapi masalah, bekerja, olah raga, cemas dan lain – lain, pada keadaan ini terjadi peningkatan peggunaan energi / katabolisme.
Peningkatan aktifitas parasimpatis memperlihatkan :
a. kesiagaan menurun
b. denyut jentung melambat
c. pernafasan tenang
d. tonus otot-otot menurun
e. gerakan saluran cerna meningkat
f. metabolisme tubuh menurun
hal ini terjadi penyimpanan energi (anabolisme) dan terlihat apabila individu sedang istirahat.
Pusat saraf simpatis berada di medulla spinalis bagian torakal dan lumbal, sedang pusat parasimpatis berada dibagian medulla oblongata dan medulla spinalis bagian sacral. Pusat – pusat ini masih dipengaruhi oleh pusat yang lebih tinggi yaitu di hipotalamus sebagai pusat emosi.
Pemeriksaan Syaraf Kranial
Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan neurologis yang terdiri dari; 1). Status mental, 2). Tingkat kesadaran, 3).Fungsi saraf kranial, 4). Fungsi motorik, 5). Refleks, 6). Koordinasi dan gaya berjalan dan 7). Fungsi sensorik
Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan informasi yang diperlukan, diusahakan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita selama pemeriksaan. Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan suatu tindakan yang mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau menggelikan. Sebelum mulai diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan dan penderita harus diberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis.Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan dan nyeri yang mungkin timbul dapat membantu memupuk kepercayaan penderita pada pemeriksa. Penderita diminta untuk menjawab semua pertanyaan sejelas mungkin dan mengikuti semua petunjuk sebaik mungkin.Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah dengan pemeriksaan fisik akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun terdapat beragam prosedur diagnostik modern tetapi tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), Okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibula koklearis (VIII), glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII). Saraf kranial I, II, VII merupakan saraf sensorik murni, saraf kranial III, IV, XI dan XII merupakan saraf motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang dipersarafinya. Saraf kranial V, VII, X merupakan saraf campuran, saraf kranial III, VII dan X juga mengandung beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom.II. 1. DEFINISISaraf-saraf kranial dalam bahasa latin adalah Nervi Craniales yang berarti kedua belas pasangan saraf yang berhubungan dengan otak mencakup nervi olfaktorii (I), optikus (II), okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII).Gangguan saraf kranialis adalah gangguan yang terjadi pada serabut saraf yang berawal dari otak atau batang otak, dan mengakibatkan timbulnya keluhan ataupun gejala pada berbagai organ atau bagian tubuh yang dipersarafinya.
B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang menempati ruang di dalam tengkorak. (Brunner & Suddarth,2001)
Tumor otak adalah adanya lesi di dalam otak yang mengakibatkan desakan tekanan intrakarnial.

2. Etiologi
a. Riwayat trauma kepala
b. Faktor genetic
c. Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
d. Virus tertentu

3. Patofisiologi
Tumor otak terjadi dari sel otak sendiri yang mempunyai Deoxiribonukleat Acid (DNA) abnormal. DNA yang abnormal tidak dapat mengontrol pembelahan sel sehingga terjadi pertumbuhan sel yang berlebihan. Adanya tumor pada otak berarti menambah massa otak, sementara ruang otak sangat terbatas dengan kemampuan ekspansi menimbulkan peningkatan tekanan intrakarnial. Keadaan inilah yang kemudian mendesak bagian sekitarnya dan kemudian menekan bagian yang lain. Jika tekanan intrakarnial makin meninggi akan mengakibatkan heniasi otak. Keadaan herniasi ini dapat menekan fungsi-fungsi vital dari otak misalnya pusat pernapasan, kardiovaskuler sehingga dapat menimbulkan kematian.

4. Klasifikasi Tumor otak
a. Glioblastoma multiforma yaitu tumor ini tumbuh cepat dan sangat ganas dan terjadi pada usia 40-60 tahun.
b. Astrositoma supratentorial yaitu biasanya ditemukan pada pasien-pasien yang berusia 30 atau 40 tahun. Tumor ini biasanya tumbuh lambat dan kadang-kadang berbatas tegas, walaupun tumor ini dapat menginfiltrasi substansia alba lobus frontalis atau lobus temporalis.
c. Astrositoma serebelum yaitu jenis ini lebih jinak daripada astrositoma supratentorial. Tumor ini sering ditemukan pada orang muda yang berguna antara 5-15 tahun.
d. Ependimoma yaitu tumor ini ditemukan terutama pada anak-anak dan dewasa muda, jarang pada usia yang lebih tua. Tumor ini merupakan 4% dari seluruh tumor otak dan berkembang dari sel-sel ependimal yang tergeser ke dalam jaringan otak.
e. Meduloblastoma yaitu tumor yang ganas ini pada anak dan adolesen merupakan 20% dari tumor otak pada orang muda.
f. Oligodendroglioma yaitu tumor ini paling sering antara usia 35 dan 45 tahun. Tumor ini dapat menggeser dan menginfiltrasi hemisfer serebri atau ganglia basalis, terutama thalamus, pada orang muda.
g. Glioma batang otak yaitu tumor ini secara histologik tidak dapat dibedakan dari jenis-jenis glioma lainnya, tetapi tumor ini menimbulkan gambaran klinis yang tipikal dan kebanyakan terjadi pada umut 20 tahun.

5. Manifestasi Klinis
a. Gejala yang biasa terjadi :
1) Nyeri.kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
2) Nausea.dan.muntah
Terjadi akibat rangsangan pada pusat muntah akibat dari peningkatan TIK. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat proyektil
3) Papiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.


b. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
4) Lobus frontal
a) Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
b) Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
c) Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
d) Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
e) Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
5) Lobus parietal
a) Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
b) Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
6) Lobus temporal
a) Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau halusinasi
b) Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
c) Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis, parkinsonism.
7) Lobus oksipital
a) Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
b) Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
8) Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intracranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
9) Tumor di cerebello pontin angie
a) Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
b) Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran
c) Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
10) Tumor Hipotalamus
a) Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
b) Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
11) Tumor di cerebellum
a) Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi disertai dengan papil udem
b) Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal
12) Tumor fosa posterior
a) Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen foto (X-ray ) kepala; lebih banyak sebagai’screening test’, jika ada tanda-tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Angiografi; suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan sejumlah bahan kontras ke dalam pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah (vaskularisasi) otak
c. Computer Tomography (CT-Scan kepala); dapat memberikan informasi tentang adanya perdesakan/shift atau lokasi tumor, MBR (masa butuh ruang) intra kranial, hidrosefalus atau untuk melihat apakah sudah ada tanda-tanda herniasi?
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) membantu mendiagnosis tumor otak. Ini dilakukan untuk mendeteksi jejas tumor yang kecil, alat ini juga membantu mendeteksi jejas yang kecil dan tumor-tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
e. Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral
f. EEG dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
g. Penelitian pada cairan serebrospinal (CHF) dapat dilakukan untuk mendeteksi sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur selsel kedalam cairan serebrospinal.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Tindakan Operatif dilakukan pada
1) emergensi misal; jika kesadaran pasien menurun.
2) elektif (direncanakan) misal; pada penderita tumor otak stadium dini.
b. Operatif + Radiotherapy + Chemotherapy
c. Palliative ; pada kasus-kasus yang tak mungkin lagi dilakukan operasi.
8. Komplikasi
a. Edema serebral
b. Peningkatan tekanan intracranial
c. Herniasi otak
d. Hidrosephalus
e. Kejang/epilepsy
f. Metastase ketempat lain

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
b. Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
c. Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
d. Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
e. Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
f. Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
g. Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
h. Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
i. Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
1)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
c. Resiko kekurangan cairan b/d efek kemoterapi dan radioterapi.
d. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d efek kemoterapi dan raioterapi.
e. Gangguan citra diri b/d perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3. Rencana Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
Data penunjang: perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda peningaktan TIK.

Intervensi Rasional
 Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.

 Pantau tanda vital tiap 4 jam.


 Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.


 Bantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan/mengejan.
 Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.
 Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningaktan TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.

 Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilanagn autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.
 Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
 Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra otaks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK.

 Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau mennadakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.

b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.
Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi Rasional
 Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.




 Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
 Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
 Berikan kompres dingin pada kepala.  Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

 Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.


 Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
 Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.

c. Resiko kekurangan cairan b/d efek kemoterapi dan radioterapi
Data penunjang: klien mengatakan pasien mengeluh harus, mukosa mulut kering, kulit kering, BB menurun, turgor kulit kurang.
Kriteria hasil: BB stabil, intake dan output seimbang, turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Rasional
 Kaji tanda dan gejal kekurangan cairan : turgor kuli, mebran mukosa, tanda vital, haus, pemeriksaan elektrolit
 Monitor intake dan output cairan

 Berikan cairan yang cukup dan jika perlu berikan carian per IV

 Kolaborasi dalam pemberian antiemetik dengan dokter  Menentukan adanya dehidrasi


 Salah satu efek kemoterapi dan radio terapi adalah muntah
 Membantu mempertahankan adekuatnya cairan

 \mengurangi mual dan muntah yang berakibatk pada keluarnya cairan.
d. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d efek kemoterapi dan radioterapi
Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.
Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi Rasional
 Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.




 Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
 Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
 Berikan kompres dingin pada kepala.  Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

 Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.


 Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
 Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.







BAB III
P E N U T U P

Pada bab ini penulis dapat menarik kesimpulan serta memberikan beberapa masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan asuhan keperawatan dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan
Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.
2. Saran
1. Diharapkan untuk rumah sakit dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasien itu sendiri.
2. Dan diharapkan lagi bagi rekan-rekan sejawat untuk selalu memberikan asuhan keperawatan secara khomperhensip



















DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Vol 1. Jakarta:EGC
Mumenthaler, Mark.1995.Neurologi, Jilid 1.
Binarupa Aksara :Jakarta
http://bangiche.blogspot.com/2008/09/tumor-otak-dan-sefalgia.html
http://fajarqimi.com/tag/karsinogenik/
http://indrifairuz.blog.friendplay.com/post/8568
http://dezlicious.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-klien-dengan-tumor.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar