Sabtu, 18 April 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan sekitar 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan kronis (Healthy People, 1997). Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia lebih dari 55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).

B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Medikal bedah IV
b. Untuk mengetahui lebih lanjut apa yang dimaksud de.
c. Untuk mengetahui komponen-komponen ion yang terdapat didalam cairan elektrolit.
d. Mengetahui pemenuhan kebutuuhan cairan dan elektrolit pada anak

C. Metode penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode argument dan deskripsi yang sesuai dengan literature yang diyakini kebenarannya dan penyajiannya dalam bentuk makalah.


D. Ruang lingkup penulisan
Mengingat luasnya permasalahan maka kelompok membatasi ruang lingkup masalah yaitu asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Artritis Reumathoid.

E. Sistematika penulisan
Adapun Sistematika penulisan laporan kasus terdiri dari 4 Bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis yang terdiri dari : Pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnostik, penatalaksanaan.
Bab III : Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Artritis Reumathoid.
Bab IV : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA









BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi. (Lemone & Burke, 2001 : 1248)
Arthritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (pengantar ilmu bedah ortopedi, hal :156 )
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi yang mengenai jaringan ikat sendi, bersifat progresif, simetrik dan sistemik serta cernderung menjadai kronik.
( ilmu penyakit dalam, hal :694)
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. ( www.Medicastore.com )

B. Etiologi
Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimmun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita

C. Patofisiologi
Faktor genetik, infeksi
Sasaran primer Sinovium
Sinovitis Proliferatif



Pelepasan kolagenesa & produksi Pembengkakan, kekakuan
lisozim o/ fagosit pergelangan tangan & sendi jari tangan

Erosi sendi & periartikularis P’katan tekanan sendi distensi serta
putusnya kapsula & ligamentum
Kista dan kolaps sendi Sublaksasi sendi MCP & p’kembangan penyimpangan ulna klasik sering timbul
Hiperekstensi / deformitas fleksi bisa berkembang dlm sendi IP ibu jari tangan, sendi PIP jr tgn, sendi MCP & IP jari tangan

Tenosinovitis, jari tng pelatuk, rupture tendo & sindroma terowongan kaspal lazim di temukan




D. Manifestasi klinik
Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .
5. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom SjÖgren, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.



E. Diagnostik
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American reumatism Association ( ARA ) adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

F. Penatalaksanaan
Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresifvtas penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi
4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :
1. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
2. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
3. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
4. Diet/ Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
5. Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ )
Tanda : Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap, Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja ), Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa pengujian. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
Pertimbangan : DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.
Rencana Pemulanagan: Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah tangga.

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
2. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
4. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
6. SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
7. JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
8. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR.
9. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
10. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
11. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
12. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
13. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

C. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilitas.
3. Meningkatkan monsep diri yang positif
4. mendukung kemandirian
5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan pengobatan.

D. TUJUAN PEMULANGAN
1. Nyeri hilang/ terkontrol
2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.
4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. NYERI AKUT/ KRONIS
Dapat dihubungkan dengan :
agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh :
Keluhan nyeri,ketidaknyamanan, kelelahan. Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan focus, Perilaku distraksi/ respons autonomic, Perilaku yang bersifart hati-hati/ melindungi.
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol, Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan, Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional :
a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program)
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri)
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)
d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan)
f. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)
g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)
h. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi)
i. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)
j. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut)
2. MOBILITAS FISIK,M KERUSAKAN
Dapat dihubungkan dengan :
Deformitas skeletal, Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh :
Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik. Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut).
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher)
g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)
i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat)
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas)
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut)
3. GANGGUAN CITRA TUBUH/ PERUBAHAN PENAMPILAN PERAN
Dapat dihubungkan dengan :
Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh :
Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit. Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan. Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat. Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi. Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional :
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)
b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. (R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi)
e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)
f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri)
g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi)
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
i. Berikan bantuan positif bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri)
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)
4. KURANG PERAWATAN DIRI
Dapat dihubungkan dengan :
Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh :
Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual. Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:.
a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).
b. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)
f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah)
5. PENATALAKSANAAN PEMELIHARAAN RUMAH, KERUASAKAN, RESIKO TINGGI TERHADAP
Faktor risiko meliputi :
Proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.
Dapat dibuktikan oleh :
(Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala membuat diagnosa menjadi aktual)
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan. Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.
Intervensi dan Rasional:.
a. Kaji tingkat fungsi fisik (R/ Mengidentifikasi bantuan/ dukungan yang diperlukan)
b. Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri. (R/ Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan individu)
c. Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, mis: membagi tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga. (R/ Menjamin bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terus-menerus)
d. Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: lift, peninggian dudukan toilet. (R/ Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang)
e. Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi. (R/ Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara-cara untuk mengubah tugas-tugas untuk mengubah tugas-tugas untuk mempertahankan kemandirian)
f. Kolaborasi: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan pembantu rumah tangga bila ada. (R/ Memberikan kemudahan berpindah pada/mendukung kontinuitas dalam situasi rumah).
6. KURANG PENGETAHUAN ( KEBUTUHAN BELAJAR ), MENGENAI PENYAKIT, PROGNOSIS, DAN KEBUTUHAN PENGOBATAN
Dapat dihubungkan dengan : Kurangnya pemajanan/ mengingat.
Kesalahan interpretasi informasi.
Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.
Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:.
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. (R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi)
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas)
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres. (R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks)
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik. (R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur. (R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)
f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik. (R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi)
g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter. (R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya)
h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi. (R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan)
i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan. (R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki)
j. Berikan informasi mengenai alat bantu (R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)
k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi (R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian)
l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan. ( R: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri ).
m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat. ( R: mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit )
n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT. ( R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya.
o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan ( R: Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.).
p. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R: bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal).



















BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi yang mengenai jaringan ikat sendi, bersifat progresif, simetrik dan sistemik serta cernderung menjadai kronik.
B. Saran
BAB I
P E N D A H U L U A N

A. Latar Balakang
Trauma otak semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Di Amerika Serikat didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma. 25 % diantaranya karena trauma otak langsung, sedangkan 5 % lagi merupakan trauma otak tak langsung atau penyerta.
Sedangkan satu dari 10.000-20.000 penduduk akan meninggal tumor otak. Pada 20% pasien otak dan meningennya akan diinvansi oleh deposit metastatic dari tumor di tempat lain, tanpa adanya tanda-tanda klinis neorologik. Pada suatu laporan dari rumah sakit psikiatrik insiden tumor otak primer bahkan lebih tinggi dan dilaporkan sebesa 1%.
Maka dari itu kami membuat makalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak yang memungkinkan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari laporan kasus ini adalah untuk :
1. Memberi Informasi yang jelas mengenai asuhan keperawatan pada Tumor Otak.
C. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penyusunan laporan penulis hanya membahas pada asuhan keperawatan pada Tumor Otak.
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan kasus ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus dengan cara mengumpulkan data, menganalisa data dana menarik kesimpulan dari kasus. Metode laporan kasus ini dilakukan dengan cara : Studi kepustakaan, yaitu memperlajari buku – buku dan sumber – sumber lainnya untuk mendapatkan dasar – dasar ilmiah yang berhubungan den gan permasalahan dalam laporan kasus..
E. Sistematika Penulisan
Adapun Sistematika penulisan laporan kasus terdiri dari 3 Bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan
Bab II : Landasan Teoritis yang terdiri dari : Pengertian, Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan dan Konsep Dasar Tumor Otak.
Bab III : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA

BAB III
TINJAUAN TEORITIS


A. Anatomi Sistem persyarafan
1. Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum ) dan otak kecil ( serebelum )
a. Otak besar (serebrum)
Terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Permukaan otak bergelumbang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti sebuah lekukan yang disebut girus.
1) Otak besar merupakan pusat dari :
a) motorik : impuls yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf kemudian menuju ke pusat kontraksi otot
b) sensorik : setiap impuls sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel saraf yang selanjutnya akan mencapai otak antara lain ke korteks serebri.
c) Refleks : berbagai kegiatan refleks berpusat di otak dan batang otak sebagian lain di bagian medulla spinalis.
d) Kesadaran : bagian batang otak yang disebut formasio retikularis bersama bagian lain dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran utama.
e) Fungsi luhur : pusat berfikir , berbicara berhitung dan lain – lain.
Pada bagian anterior sulkus sentralis merupakan bagian motorik penggerak.otot
b. SEREBLUM
Otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan dan kooardinasi gerakan.
Pada daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar otak disekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri carotid interna dan vertebral, lingkaran inilah yang disebut sirkulus willisi yang dibentuk dari cabang-cabang arteri carotid interna, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Arteri pada sirkulus willisi memberi alternative pada aliran darah jika salah satu aliran darah ateri.mayor.tersumbat.
2. CAIRAN.SEREBROSPINAL
Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007. diproduksi didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla spinalis melalui sistem ventricular. Cairan CSS diproduksi di pleksus koroid pada ventrikel lateral ketiga dan keempat, secara organik dan non organik cairan CSS sama dengan plasma tetapi mempunyai perbedaan konsenterasi. CSS mengandung protein, glokosa dan klorida, serta immunoglobulin. Secara normal CSS hanya mengandung sel darah putih yang sedikit dan tidak mengandung sel darah merah. Cairan CSS didalam.tubuh.diserap.oleh.villiarakhnoid.
3. MEDULA.SPINALIS
a. merupakan pusat refleks - refleks yang ada disana
b. penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik
c. penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik
d. pusat pola geraka sederhana yang telah lama di pelajari contoh melangkah.

Saraf.somatic adalah Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saaf motorik dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf otak dan saraf spinal.
Saraf.otak.ada.12.pasang :
1) saraf olfaktorius ( N1 ) : untuk penghidu penciuman
2) saraf opticus ( N2 ) : saraf penglihatan
3) saraf okulomotorius ( N3 ) : saraf motorik penggerak otot bola mata
4) saraf troklearis ( N4 ) : motorik penggerak bola mata
5) saraf trigeminus ( N5 ) : merupakan saraf sensorik dan motorik dengan 3 cabang yaitu bagian optical, maksilaris, mandibularis.
6) saraf abdusens ( N6 ) : motorik penggerak bola mata
7) saraf fasialis ( N7 ) : sensorik daerah wajah
8) saraf audiotorius ( N8 ) : sensorik pendengaran dan keseimbangan
9) saraf glosofaringeus ( N9 ) : sensorik dan motorik sekitar lidah dan faring
10) saraf vagus ( N10 ) : merupakan saraf otonom terutama pada paru, jantung, lambung, usus halus dan sebagian usus besar.
11) saraf asesorius ( N11 ) : motorik pengerak otot sekitar leher
12) saraf hipoglosus ( N12 ) : motorik otot lidah
4. SARAF SPINAL
Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra
a. saraf servikal 8 pasang
b. saraf torakal 12 pasang
c. saraf lumbal 5 pasang
d. sara sacrum / sacral 5 pasang
e. saraf koksigeal 1 pasang
saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik masuk medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik kaluar dari medula spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal
Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus (anyaman) dan terbentuklah berbagai saraf ( nervus ) seperti saraf iskiadikus untuk sensorik dan motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak membentuk anyaman tetapi masing – masing lurus diantara tulang kosta( nervus inter kostalis ). Umumnya didalam nervus ini juga berisi serat autonom, terutama serat simpatis yang menuju ke pembuluh darah untuk daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks serebri sampai ke perifer terjadi penyebrangan (kontra lateral) yaitu yang berada di kiri menyebrang ke kanan begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi kerusakan di pusat motorik kiri maka yang mengalami gangguan anggota gerak yang sebelah kanan.
5. SARAF OTONOM
System saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung, paru, serta alat pencernaan. Sistim otonom dipengaruhi saraf simpatis dan parasimpatis.
Peningkatan aktifitas simpatis memperlihatkan :
a. kesiagaan meningkat
b. denyut jantung meningkat
c. pernafasan meningkat
d. tonus otot – otot meningkat
e. gerakan saluran cerna menurun
f. metabolisme tubuh meningkat.
Semua ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua itu tampak pada manusia apabila menghadapi masalah, bekerja, olah raga, cemas dan lain – lain, pada keadaan ini terjadi peningkatan peggunaan energi / katabolisme.
Peningkatan aktifitas parasimpatis memperlihatkan :
a. kesiagaan menurun
b. denyut jentung melambat
c. pernafasan tenang
d. tonus otot-otot menurun
e. gerakan saluran cerna meningkat
f. metabolisme tubuh menurun
hal ini terjadi penyimpanan energi (anabolisme) dan terlihat apabila individu sedang istirahat.
Pusat saraf simpatis berada di medulla spinalis bagian torakal dan lumbal, sedang pusat parasimpatis berada dibagian medulla oblongata dan medulla spinalis bagian sacral. Pusat – pusat ini masih dipengaruhi oleh pusat yang lebih tinggi yaitu di hipotalamus sebagai pusat emosi.
Pemeriksaan Syaraf Kranial
Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan neurologis yang terdiri dari; 1). Status mental, 2). Tingkat kesadaran, 3).Fungsi saraf kranial, 4). Fungsi motorik, 5). Refleks, 6). Koordinasi dan gaya berjalan dan 7). Fungsi sensorik
Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan informasi yang diperlukan, diusahakan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita selama pemeriksaan. Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan suatu tindakan yang mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau menggelikan. Sebelum mulai diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan dan penderita harus diberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis.Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan dan nyeri yang mungkin timbul dapat membantu memupuk kepercayaan penderita pada pemeriksa. Penderita diminta untuk menjawab semua pertanyaan sejelas mungkin dan mengikuti semua petunjuk sebaik mungkin.Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah dengan pemeriksaan fisik akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun terdapat beragam prosedur diagnostik modern tetapi tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), Okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibula koklearis (VIII), glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII). Saraf kranial I, II, VII merupakan saraf sensorik murni, saraf kranial III, IV, XI dan XII merupakan saraf motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang dipersarafinya. Saraf kranial V, VII, X merupakan saraf campuran, saraf kranial III, VII dan X juga mengandung beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom.II. 1. DEFINISISaraf-saraf kranial dalam bahasa latin adalah Nervi Craniales yang berarti kedua belas pasangan saraf yang berhubungan dengan otak mencakup nervi olfaktorii (I), optikus (II), okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII).Gangguan saraf kranialis adalah gangguan yang terjadi pada serabut saraf yang berawal dari otak atau batang otak, dan mengakibatkan timbulnya keluhan ataupun gejala pada berbagai organ atau bagian tubuh yang dipersarafinya.
B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang menempati ruang di dalam tengkorak. (Brunner & Suddarth,2001)
Tumor otak adalah adanya lesi di dalam otak yang mengakibatkan desakan tekanan intrakarnial.

2. Etiologi
a. Riwayat trauma kepala
b. Faktor genetic
c. Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
d. Virus tertentu

3. Patofisiologi
Tumor otak terjadi dari sel otak sendiri yang mempunyai Deoxiribonukleat Acid (DNA) abnormal. DNA yang abnormal tidak dapat mengontrol pembelahan sel sehingga terjadi pertumbuhan sel yang berlebihan. Adanya tumor pada otak berarti menambah massa otak, sementara ruang otak sangat terbatas dengan kemampuan ekspansi menimbulkan peningkatan tekanan intrakarnial. Keadaan inilah yang kemudian mendesak bagian sekitarnya dan kemudian menekan bagian yang lain. Jika tekanan intrakarnial makin meninggi akan mengakibatkan heniasi otak. Keadaan herniasi ini dapat menekan fungsi-fungsi vital dari otak misalnya pusat pernapasan, kardiovaskuler sehingga dapat menimbulkan kematian.

4. Klasifikasi Tumor otak
a. Glioblastoma multiforma yaitu tumor ini tumbuh cepat dan sangat ganas dan terjadi pada usia 40-60 tahun.
b. Astrositoma supratentorial yaitu biasanya ditemukan pada pasien-pasien yang berusia 30 atau 40 tahun. Tumor ini biasanya tumbuh lambat dan kadang-kadang berbatas tegas, walaupun tumor ini dapat menginfiltrasi substansia alba lobus frontalis atau lobus temporalis.
c. Astrositoma serebelum yaitu jenis ini lebih jinak daripada astrositoma supratentorial. Tumor ini sering ditemukan pada orang muda yang berguna antara 5-15 tahun.
d. Ependimoma yaitu tumor ini ditemukan terutama pada anak-anak dan dewasa muda, jarang pada usia yang lebih tua. Tumor ini merupakan 4% dari seluruh tumor otak dan berkembang dari sel-sel ependimal yang tergeser ke dalam jaringan otak.
e. Meduloblastoma yaitu tumor yang ganas ini pada anak dan adolesen merupakan 20% dari tumor otak pada orang muda.
f. Oligodendroglioma yaitu tumor ini paling sering antara usia 35 dan 45 tahun. Tumor ini dapat menggeser dan menginfiltrasi hemisfer serebri atau ganglia basalis, terutama thalamus, pada orang muda.
g. Glioma batang otak yaitu tumor ini secara histologik tidak dapat dibedakan dari jenis-jenis glioma lainnya, tetapi tumor ini menimbulkan gambaran klinis yang tipikal dan kebanyakan terjadi pada umut 20 tahun.

5. Manifestasi Klinis
a. Gejala yang biasa terjadi :
1) Nyeri.kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
2) Nausea.dan.muntah
Terjadi akibat rangsangan pada pusat muntah akibat dari peningkatan TIK. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat proyektil
3) Papiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.


b. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
4) Lobus frontal
a) Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
b) Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
c) Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
d) Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
e) Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
5) Lobus parietal
a) Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
b) Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
6) Lobus temporal
a) Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau halusinasi
b) Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
c) Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis, parkinsonism.
7) Lobus oksipital
a) Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
b) Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
8) Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intracranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
9) Tumor di cerebello pontin angie
a) Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
b) Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran
c) Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
10) Tumor Hipotalamus
a) Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
b) Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
11) Tumor di cerebellum
a) Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi disertai dengan papil udem
b) Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal
12) Tumor fosa posterior
a) Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen foto (X-ray ) kepala; lebih banyak sebagai’screening test’, jika ada tanda-tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Angiografi; suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan sejumlah bahan kontras ke dalam pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah (vaskularisasi) otak
c. Computer Tomography (CT-Scan kepala); dapat memberikan informasi tentang adanya perdesakan/shift atau lokasi tumor, MBR (masa butuh ruang) intra kranial, hidrosefalus atau untuk melihat apakah sudah ada tanda-tanda herniasi?
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) membantu mendiagnosis tumor otak. Ini dilakukan untuk mendeteksi jejas tumor yang kecil, alat ini juga membantu mendeteksi jejas yang kecil dan tumor-tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
e. Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral
f. EEG dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
g. Penelitian pada cairan serebrospinal (CHF) dapat dilakukan untuk mendeteksi sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur selsel kedalam cairan serebrospinal.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Tindakan Operatif dilakukan pada
1) emergensi misal; jika kesadaran pasien menurun.
2) elektif (direncanakan) misal; pada penderita tumor otak stadium dini.
b. Operatif + Radiotherapy + Chemotherapy
c. Palliative ; pada kasus-kasus yang tak mungkin lagi dilakukan operasi.
8. Komplikasi
a. Edema serebral
b. Peningkatan tekanan intracranial
c. Herniasi otak
d. Hidrosephalus
e. Kejang/epilepsy
f. Metastase ketempat lain

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
b. Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
c. Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
d. Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
e. Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
f. Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
g. Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
h. Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
i. Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
1)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
c. Resiko kekurangan cairan b/d efek kemoterapi dan radioterapi.
d. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d efek kemoterapi dan raioterapi.
e. Gangguan citra diri b/d perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3. Rencana Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
Data penunjang: perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda peningaktan TIK.

Intervensi Rasional
 Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.

 Pantau tanda vital tiap 4 jam.


 Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.


 Bantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan/mengejan.
 Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.
 Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningaktan TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.

 Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilanagn autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.
 Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
 Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra otaks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK.

 Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau mennadakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.

b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.
Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi Rasional
 Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.




 Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
 Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
 Berikan kompres dingin pada kepala.  Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

 Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.


 Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
 Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.

c. Resiko kekurangan cairan b/d efek kemoterapi dan radioterapi
Data penunjang: klien mengatakan pasien mengeluh harus, mukosa mulut kering, kulit kering, BB menurun, turgor kulit kurang.
Kriteria hasil: BB stabil, intake dan output seimbang, turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Rasional
 Kaji tanda dan gejal kekurangan cairan : turgor kuli, mebran mukosa, tanda vital, haus, pemeriksaan elektrolit
 Monitor intake dan output cairan

 Berikan cairan yang cukup dan jika perlu berikan carian per IV

 Kolaborasi dalam pemberian antiemetik dengan dokter  Menentukan adanya dehidrasi


 Salah satu efek kemoterapi dan radio terapi adalah muntah
 Membantu mempertahankan adekuatnya cairan

 \mengurangi mual dan muntah yang berakibatk pada keluarnya cairan.
d. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d efek kemoterapi dan radioterapi
Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.
Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi Rasional
 Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.




 Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
 Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
 Berikan kompres dingin pada kepala.  Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

 Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.


 Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
 Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.







BAB III
P E N U T U P

Pada bab ini penulis dapat menarik kesimpulan serta memberikan beberapa masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan asuhan keperawatan dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan
Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.
2. Saran
1. Diharapkan untuk rumah sakit dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasien itu sendiri.
2. Dan diharapkan lagi bagi rekan-rekan sejawat untuk selalu memberikan asuhan keperawatan secara khomperhensip



















DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Vol 1. Jakarta:EGC
Mumenthaler, Mark.1995.Neurologi, Jilid 1.
Binarupa Aksara :Jakarta
http://bangiche.blogspot.com/2008/09/tumor-otak-dan-sefalgia.html
http://fajarqimi.com/tag/karsinogenik/
http://indrifairuz.blog.friendplay.com/post/8568
http://dezlicious.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-klien-dengan-tumor.html

Kamis, 02 April 2009

askep keluarga: ibu hamil trimester III

BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman spesialisasi sekarang ini pada layanan kesehatan, terutama pelayanan pengobatan, pengawasan kesehatan keluarga dan koordinasi macam-macam pelayanan kesehatan oleh tim kesehatan semakin menjadi kewajiban perawat. Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat, merupakan fokus pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat kesehatan masyarakat karena keluarga memegang peranan penting dalam mengenali masalah kesehatan, mengambil keputusan yang tepat mengenai tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan, merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga dan memanfaatkan sumber di masyarakat (fasilitas kesehatan) untuk memelihara kesehatan.
Keluarga dengan anggota ibu hamil mempunyai masalah yang kompleks berkaitan dengan perubahan fisiologis yang terjadi. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, perubahan fisiologis yang terjadi dapat mempengaruhi seluruh keluarga tersebut. Dilain pihak status kesehatan dari pasien juga sebagian akan ditentukan oleh kondisi keluarganya.
Mengingat peranan perawat sebagai tim kesehatan, yang akan memfasilitasi dan mengenali masalah yang terjadi pada keluarga, terutama pada keluarga dengan ibu hamil trimester ketiga, maka penulis mengangkat Asuhan Keperawatan pada keluarga Tn. Fe pada laporan ini.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penyusunan tugas ini diharapkan penulis mengetahui konsep dasar pembinaan keluarga dengan Ibu Hamil Trimester III baik secara teori maupun kenyataan yang ada di lapangan.
2. Tujuan Khusus
a. Memenuhi tugas PBP mata kuliah Keperawatan Keluarga Semester V.
b. Melatih kemampuan mahasiswa perawat dalam mengkaji dan mengenali masalah yang ada didalam keluarga dengan ibu hamil trimester ketiga.
c. Menambah pengetahuan mahasiswa perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga khususnya dengan ibu hamil trimester ketiga.

C. Ruang Lingkup Penulisan
Karena luasnya permasalahan yang dapat terjadi pada ibu hamil trimester ketiga dan keterbatasan waktu, maka penulis membatasi penulisan pada permasalahan salah satu anggota keluarga Tn.Fe yaitu Ny.Fi dengan Ibu Hamil Trimester III.

D. Metode Penulisan
Adapun dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dan pengumpulan data dengan data-data di Puskesmas, lalu wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik kepada keluarga serta studi pustaka dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.

E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Ruang LIngkup Penulisan, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II Laporan Kasus, terdiri dari Pengkajian, Analisa Data, Skoring, Rencana Keperawatan Implementasi dan Evaluasi
BAB III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran











BAB II
LAPORAN KASUS

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. Fi di dalam Keluarga Tn. Fe
dengan Ibu Hamil Trimester III
di Kelurahan Tambelan Sampit

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. Fe
b. Umur : 23 tahun
c. Pekerjaan : Swasta
d. Pendidikan : SMP
e. Alamat : Jln.P.A.Rani Rt 01/Rw 02
f. Komposisi Keluarga :

No Nama Jenis
Kelamin Hubungan
dengan
Keluarga Umur
(tahun) Pendidikan Pekerjaan Imunisasi
TT

1 Tn. Fe L Suami 23 SMP Swasta - -
2 Ny. Fi P Istri 18 SD IRT + +




Genogram :







Keterangan :






g. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. Fe merupakan tipe Child bearing yaitu keluarga yang menantikan kelahiran dimulai kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan atau 3,2 tahun.
h. Suku
Di dalam keluarga Tn. Fe terapat 2 suku yaitu Cina dan Melayu. Tn. Fe bersuku Cina sedangkan Ny. Fi bersuku Melayu.
i. Agama
Di dalam keluarga Tn. Fe terdapat dua agama yaitu Budha dan Islam. .Tn.Fe beragama Budha dan Ny. Fi beragama Islam.
j. Status Sosial Ekonomi Keluarga
1) Fungsi Sosial
Dalam berhubungan social dengan masyarakat atau tetangga di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, Ny. Fi mengatakan berhubungan jika ada perlu saja. Ny. Fi juga mengatakan bahwa ia kurang suka keluar rumah. Suaminya Tn. Fe punya banyak teman dan jika pada sore hari biasanya bermain bola bersama teman-temannya.




2) Fungsi Ekonomi
Keseharian Tn. Fe bekerja sebagai pekerja swasta sedangkan Ny. Fi berperan sebagai ibu rumah tangga, Ny. Fi mengatakan pendapatan suaminya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Ny. Fi mengatakan jika butuh hiburan, Ny. Fi dan sekeluarga sering menonton televisi.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
Keluarga Tn. Fe termasuk dalam tahap keluarga Child Bearing (kelahiran anak pertama)
b. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum TerpenuhiB
Berdasarkan hasil pengkajian Keluarga Tn. Fe sudah dapat menyesuaikan tahap perkembangan keluarga sampai dengan tahap menunggu kelahiran anak pertama.
c. Riwayat Keluarga Inti
Dalam keluarga Tn. Fe tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC. Penyakit yang pernah diderita keluarga seperti ; demam, batuk, dan pilek.


d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Di dalam keluarga Tn. Fe tidak ada penyakit keturunan seperti hipertensi, kencing manis maupun jantung.

3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
1) Denah Rumah











Rumah Tn. Fe termasuk tipe 36 permanen dengan lantai yang terbuat dari papan, atap seng, dinding papan. Rumah Tn. Fe terdiri dari 1 ruang tamu, 3 buah kamar masing-masing memiliki 1 jendela dan 1 televisi, 1 buah dapur, wc dan pelataran belakang.
Di ruang tamu meja dan kursi tersusun rapi, di dapur tempat menyimpan alat-alat masak, alat makan dan peralatan lainnya. Pencahayaan diperoleh dari sinar matahari yang masuk lewat pintu, jendela pada siang hari. Sedangkan pada malam hari melalui penerangan lampu listrik 20 Watt di kamar. Perabotan lengkap, kebersihan ruangan baik.
2) Sumber Air Minum
Keluarga Tn. Fe memanfaatkan air hujan untuk memenuhi keperluan masak dan minum. Untuk kebutuhan mandi, mencuci keluarga Tn. Fe memanfaatkan air sungai.
3) Limbah
Keluarga Tn. Fe membuang sampah di sungai.
4) Jamban atau Wc
Kelurga Tn. Fe mempunyai Wc di dalam rumah, klosetnya menggunakan leher angsa. kondisi Wc bersih, lantai tidak licin berlantai porselen dengan penerangan lampu 20 watt.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Rw
Keluarga Tn. Fe hidup di lingkungan yang jauh dari jalan raya, sebagian besar dari tetangga di lingkungan keluarga Tn. Fe adalah penduduk asli. Interaksi antar warga sering dilakukan pada sore hari.
c. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Tn. Fe menetap di rumah yang ditempati.

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Ny. Fi jarang mengikuti kegiatan bersama orang-orang yang ada di setiap lingkungan rumahnya.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Anggota keluarga Tn. Fe yaitu Ny. Fi jika sakit segera memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas terdekat.
f. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Ny. Fi menyatakan jika ada masalah ia lebih suka memendamnya sendiri
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga, Tn. Fe merupakan kepala keluarga. Pengambilan keputusan dilakukan oleh Tn. Fe setelah dimusyawarahkan terlebih dahulu.
c. Struktur Peran
Yang berperan sebagai kepala keluarga adalah Tn. Fe. Tn. Fe bekerja sebagai pekerja swasta yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Tn. Fe berperan sebagai kepala keluarga yang mengambil keputusan. Ny. Fi berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga yang mengurus suami dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga seperti mencuci, memasak dan lain-lain. Dan keluarga Tn. Fe, kemampuan yang dimiliki Tn. Fe untuk mengontrol keluarganya yaitu dengan affective power (manipulasi dengan cinta kasih ). Komunikasi dalam keluarga adalah komunikasi terbuka dua arah. Apabila terdapat masalah, maka akan dibicarakan bersama.
d. Nilai dan Norma Budaya
Pada keluarga Tn. Fe masih terdapat adat dan kebiasaan budaya yang bertentangan dengan masalah kesehatan seperti setelah melahirkan dianjurkan minum arak supaya tubuh menjadi hangat.

g. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Dalam keluarga Tn. Fe kebutuhan kasih sayang tampak terpenuhi, cukup harmonis.
b. Fungsi Sosialisasi
Dalam berhubungan sosial dengan masyarakat atau tetangga di sekitar lingkungan tempat tinggalnya Ny. Fi mengatakan hanya berhubungan jika ada perlu saja. Tn. Fe kadang-kadang bermain bola bersama teman-temannya.
c. Fungsi Perawatan Keluarga
Pada keluarga Tn. Fe, jika salah satu anggota keluarganya sakit, flu atau demam, batuk biasanya hanya membeli obat di warung terdekat saja.


h. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek
Ny. Fi merasa cemas jika persalinannya tidak dapat berjalan lancar dikarenakan kehamilan yang pertama. Ny. Fi merasa cemas bagaimana dengn persalinan dan perwatan setelah melahirkan.
b. Stressor Jangka Panjang
Stress yang dirasakan keluarga Tn. Fe adalah merasa khawatir dengan keselamatan persalinan Ny. Fi karena ini merupakan kehamilan yang pertama dan karena usia Ny. Fi yang masih terlalu muda.
c. Kemampuan Keluarga Merespon Terhadap stress
Ny. Fi dan suaminya dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi menyangkut kehamilannya kadang-kadang mengkonsulkannya dengan pihak kesehatan (puskesmas).
d. Strategi Koping yang di Gunakan
Jika ada permasalahan Ny. Fi jarang membicarakannya dengan suaminya (Tn. Fe) dan keluarga lainnya.


i. Pemeriksaan Fisik
Indikator Tn..Fe Ny. Fi


Kepala, leher dan axilla Bentuk simetris,rambut hitam lurus, hygiene baik, tidak terdapat benjolan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening Bentuk simetris,rambut hitam lurus, hygiene baik, tidak terdapat benjolan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening
Mata Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, penglihatan baik Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, penglihatan baik
Hidung Tidak terdapat polip, penciuman baik, tidak terdapat akumulasi massa di hidung Tidak terdapat polip, penciuman baik, tidak terdapat akumulasi massa di hidung
Mulut Bentuk simetris, mukosa mulut lembab, gigi lengkap Bentuk simetris, mukosa mulut lembab, gigi lengkap
Dada Ekspansi paru sama,, gallop (-), wheezing (-), Ronchi (-), tidak terdapat lesi Ekspansi paru sama,, gallop (-), wheezing (-), Ronchi (-), tidak terdapat lesi
Abdomen Tidak terdapat nyeri, bising usus normal, tidak teraba massa, tidak terdapat pembesaran hati Tidak terdapat nyeri, bising usus normal, tidak teraba massa, tidak terdapat pembesaran hati
Ekstremitas - Atas Capilary reffil < 2 detik, tidak terdapat lesi, pergerakan aktif, turgor kulit elastis Capilary reffil < 2 detik, tidak terdapat lesi, pergerakan aktif, turgor kulit elastis
Bawah Pergerakan ekstremitas baik, edema (-), nyeri lutut (-), varises (-) Pergerakan ekstremitas baik, edema (-), nyeri lutut (-)
Tanda-tanda vital TD = 120/80 mmHg
RR = 18 x/menit
N = 80 x /menit
S = 37 c
TD = 120/90 mmHg
RR = 18 x/menit
N = 78 x /menit
S = 36,2 c


B. Analisa Data
No Data Diagnosa Keperawatan
1. Ds :
a. Ny. Fi mengatakan ini merupakan kehamilan pertama
b. Ny. Fi mengatakan kurang begitu mengerti tentang perawatan setelah persalinan
c. Ny. Fi mengatakan merasa cemas bagaimana perawatan setelah melahirkan

Do :
- Ny. Fi tampak cemas
- T.TV : TD : 100/70 mmHG
RR : 20 x / menit
N : 82 x / menit
S : 37
Cemas tingkat ringan (menjelang persalinan ), keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah


2. Ds : -
Do :
- Umur klien 18 tahun
- HPHT : 10 - 6 – 2007
- Berat badan hamil : 56 Kg
- TB : 165 cm Resiko terjadinya pendarahan pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
3 Ds :
- Ny. Fi menyatakan bahwa ia pernah memeriksakan kehamilannya ke puskesmas dan dokter
- Ny. Fi mengatakan setiap ada anggota keluarga yang sakit biasanya dengan obat warung. Jika tidak mengalami perubahan maka segera di bawa ke puskesmas atau rumah sakit

Do : - Potensial peningkatan derajat kesehatan




d. Skoring / Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah
a. Skoring / Pembobotan
1) Cemas tingkat ringan (menjelang persalinan dan perawatan ibu nifas) pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

No Kriteria Score Nilai Pembenaran
1



2


3



4 Sifat masalah ; krisis atau keadaan sejatera



Kemungkinan masalah dapat diubah dengan mudah

Potensial masalah untuk dicegah cukup



Menonjolnya masalah, ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani
1/3 x 1



2/2 x 2


2/3 x 1



1/2 x 1 1/3



2


2/3



1/2 Faktor kebudayaan dapat memberi dukungan / pengetahuan merawat anggota keluarga

Masalah dapat diubah dengn mudah melalui pengetahuan

Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan keluarga tentang persalinan dan perawatan setelah melahirkan

Keluarga merasa ada masalah , tapi masih bisa dicegah atau dikendalikan


Total



2. Resiko Terjadinya Pendarahan pada Keluarga Tn. Fe Khususnya Ny. Fi Berhubungan Dengan Ketidakmampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga
No Kriteria Score Nilai Pembenaran
1



2



3



4 Sifat masalah ; ancaman



Kemungkinan masalah untuk diubah hanya sebagain


Potensial masalah untuk dicegah cukup



Menonjolnya masalah, masalah berat, harus segera ditangani
2/3 x 1



1/2 x 2



2/3 x 1



2/2 x 1 2/3



1



2/3



1 Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan keluarga tentang persalinan dan perawatan setelah melahirkan

Sumber-sumber tindakan yang mendesak dapat dijangkau oleh keluarga


Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan keluarga tentang adanya bahaya pendarahan

Keluarga merasakan masalah harus segera ditangani agar pendarahan tidak terjadi

Total





3. Potensial Peningkatan Derajat Kesehatan
No Kriteria Score Nilai Pembenaran
1



2



3



4 Sifat masalah : ancaman kesehatan



Kemungkinan masalah untuk diubah : hanya sebagain


Potensial masalah untuk dicegah : cukup



Menonjolnya masalah : masalah berat, harus segera ditangani
2/3 x 1



1/2 x 2



2/3 x 1



2/2 x 1 2/3



1



2/3



1 Derajat kesehatan keluarga Tn. Fe mulai membaik dan memerlukan dukungan untuk peningkatannya

Keluarga mengetahui sedikit tentang tanda-tanda yang muncul saat mau melahirkan


Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan keluarga tentang persalinan dan perawatan setelah melahirkan

Keluarga tidak merasa adanya masalah dalam menjangkau pusat pelayanan kesehatan
Total


b. Prioritas Masalah
1) Cemas tingkat ringan (menjelang persalinan dan perawatan ibu nifas) pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
2) Resiko terjadinya pendarahan pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
3) Potensial peningkatan derajat kesehatan





b. Rencana Keperawatan
No Masalah Keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus Evaluasi intervensi
Kriteria Standar
1 Cemas tingkat ringan (menjelang persalinan dan perawatan ibu nifas) pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi maka diharapkan cemas dapat hilang / berkurang pada saat menjelang persalinan dan perawatan setelah melahirkan Setelah 3 kali kunjungan diharapkan keluarga mampu:
1.1.Menyebutkan bagaimana persiapan menjelang persalinan































1.2.Menyebutkan tanda-tanda palsu dan tanda-tanda
Pasti persalinan

































1.3.Menyebutkan kapan ibu harus di bawa ke Rumah Sakit























1.4 Menyebutkan makanan yang bergizi untuk ibu menyusui













Respon Verbal

































Respon Verbal




































Respon Verbal


























Respon Verbal



Keluarga dapat menyebutkan bagaimana persiapan menjelang pers
alinan




























Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda palsu dan tanda-tanda pasti persalinan
































Keluarga dapat menyebutkan kapan ibu harus dibawa ke rumah sakit






















Keluarga dapat menyebutkan makanan-makanan yang bergizi untuk ibu menyusui



-Kaji pengetahuan keluarga
-Jelaskan kepada keluarga tentang bagaimana persiapan menjelang persalinan:
a.tentukan siapa yang akan menolong persalinan
b.suami/keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan
c.ibu dan suami menanyakan ke bidan/dokter kapan perkiraan tanggal persalinan
d.suami atau keluarga menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu ibu perlu segera ke Rumah sakit
e.Siapkan perlengkapan ibu dan bayi

-Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda palsu dan tanda-tanda pasti persalinan:
a.tanda-tanda palsu:
~terasa mules tetapi tidak teratur dan tidak ada perubahan
~nyeri hanya di bagian depan
~tidak terjadi pengeluaran dari jalan lahir
b.tanda-tanda pasti:
~mules yang teratur dan semakin lama semakin sering
~nyeri di mulai dari belakang menjalar ke depan
~keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
~keluar cairan
ketuban dari jalan lahir akibat pecahnya selaput ketuban



- Jelaskan kepada keluarga kondisi yang seperti apa ibu harus dibawa ke rumah sakit :
a. Perdarahan
b. Bengkak di kaki, tangan, dan wajah atau sakit kepala kadangkala disertai kejang
c. Demam tinggi
d. Keluar air ketuban sebelum waktunya
e. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang/ tidak bergerak
f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan

Jelaskan kepada keluarga makanan yang bergizi untuk ibu menyusui seperti :
a. Sumber karbohidrat : Nasi,jagung,sagu,kentang,ubi,mie,roti
b. Sumber Protein : Ikan, telur, daging sapi, ayam,tahu,tempe.
c. Sayur dan buah-buahan : Daun katuk, sawi, bayam, kacang panjang, mangga,jeruk,pisang, apel.

2 Resiko terjadinya perdarahan pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi maka diharapkan resiko tidak menjadi aktual Setelah dua kali kunjungan keluarga Tn. Fe mampu menyebutkan :
2.1. Pengertian ibu hamil beresiko
















2.2. Menyebutkan faktor-faktor resiko pada ibu hamil Respon Verbal





















Respon Verbal Keluarga Tn. Fe dapat menyebutkan pengertian ibu hamil beresiko

















Keluarga Tn. Fe dapat menyebutkan faktor-faktor resiko pada ibu hamil - Jelaskan kepada keluarga tentang pengertian ibu hamil beresiko:
Ibu hamil beresiko adalah keadaan pada ibu hamil perlu diwaspadai karena terdapat salah satu atau lebih faktor resiko yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya kesulitan pada kehamilan atau persalinan

- Jelaskan kepada keluarga tentang faktor-faktor resiko pada ibu hamil :
a. Umur yang terlalu muda ( < 20 tahun ) dan umur yang terlalu tua ( > 35 tahun )
b. Jumlah persalinan
c. Jarak persalinan
d. Tinggi badan < 145 cm
e. Lingkar lengan atas < 23,5 cm
f. Kelainan bentuk tubuh
3 Potensial Peningkatan Derajat Kesehatan Terjadinya peningkatan derajat kesehatan pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi Setelah dilakukan satu kali pertemuan diharapkan keluarga mampu :
3.1. Memeriksakan kehamilan di pelayanan kesehatan Respon Verbal Keluarga Tn. Fe mampu mempertahankan derajat kesehatan keluarga - Jelaskan pada keluarga tentan g perlunya menjaga kesehatan

c. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Maret 2008 / 09.30 Cemas tingkat ringan ( Menjelang persalinan ) pada Keluarga Tn. Fe khususnya Ny. F berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Setelah perkenalan dan menjelaskan tujuan serta kontrak waktu dilanjutkan dengan :
a. Menjelaskan bagaimana persiapan menjelang persalinan
b. Menjelaskan tanda-tanda palsu dan tanda-tanda pasti persalinan
c. Menjelaskan kapan ibu harus di bawa ke rumah sakit
d. Menjelaskan makanan yang bergizi untuk ibu menyusui
Subjektif
e. Ny. Fi menyatakan sudah paham dengan penjelasan yang disampaikan
Objektif
f. Ny. Fi dapat menjawab pertanyaan yang diajukan pada saat evaluasi




Analisa : Tujuan khusus tercapai
Planning : Hentikan tindakan

Resiko terjadinya perdarahan pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga Setelah menjelaskan tujuan serta kontrak waktu dilanjutkan dengan
a. Menjelaskan pengertian ibu hamil beresiko
b. Menjelaskan faktor-faktor resiko pada ibu hamil
Subjektif
- Ny. F mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Objektif
- Ny. Fi dapat menjawab pertanyaan.

Analisa : Tujuan khusus tercapai
Planning : Hentikan tindakan
Potensial peningkatan derajat kesehatan Setelah menjelaskan tujuan serta kontrak waktu dilanjutkan dengan :
- Menjelaskan perlunya memeriksakan kehamilan dan mengkonsultasikannya ke bidan atau dokter Subjektif : Ny. Fi mengatakan bahwa pernah satu kali ke puskesmas
Objektif :
- Klien pernah memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan dokter

Analisa : Tujuan khusus tecapai
Planning : Hentikan tindakan

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kehamilan merupakan sebuah proses fisiologis yang terjadi pada manusia dalam rangka menciptakan penerus-penerus bagi sebuah keluarga atau menciptakan keturunan yang ada dalam sebuah keluarga. Kehamilan berakhir pada proses persalianan dimana banyak terjadi permasalahan baik bagi individu yang mengalami maupun pada keluarga.
Banyak hal yang terjadi pada keluarga yang akan menunggu proses persalinan, seperti cemas yang dirasakan keluarga serta persiapan yang dilakukan keluarga dalam mempersiapkan proses persalinan. Oleh karena itu penulis merasa bahwa Asuhan Keperwatan Keluarga ini sangat tepat dilakukan pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi mengingat proses yang akan dihadapi keluarga termasuk dalam keadaan krisis situasional yang daikhawatirkan dapat menyebabkan krisis tidak terkendali.
Selama melakukan asuhan keperawatan keluarga terbina hubungan saling percaya antara penulis dan klien serta anggota keluarga. Dalam hal ini muncullah 3 diagnosa keperawatan yang dapat diambil dari permasalahan yang dialami keluarga Tn. Fe yaitu : Cemas (menjelang persalinan) pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada anggota keluarga yang akan menghadapi persalinan, Resiko terjadi perdarahan pada keluarga Tn. Fe khususnya Ny. Fi dan Potensial peningkatan derajat kesehatan pada keluarga Tn. Fe.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mencoba mengemukakan saran untuk menjadi pertimbangan dan untuk meningkatkan kualitas dalam Asuhan Keperawatln Keluarga. Adapun saran tersebut adalah :
1. Diperlukaan keterampilan dalam pendekatan dengan keluarga dan teknik-teknik observasi serta wawancara sehingga diperlukan data-data yang lengkap.
2. Perlu ditingkatkan wawancara dan keterampilan dalam menentukan rencana tindakan dalam Asuhan Keperawatan Keluarga.
3. Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan diharapkan selalu berlandaskan pada konsep teoritis tanpa mengabaikan kondisi klien dan keluarga itu sendiri.








DAFTAR PUSTAKA

- Wahit Iqbal Mubarak, dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2, cetakan ke I CV.Sagung Seto, Jakarta : 2006
- Wiktijosastro, Prof,dr. Hanifa. Ilmu Kebidanan, edisi ke 3, cetakan ke 2, Yayasan bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Jakarta : 1992
- Departeman Kesehatan RI, Gizi Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta : 1997
- Departemen Kesehatan dan JICA (Japan International Coorperation Agency), Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : 1997
- Departeman Kesehatan, Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar, Edisi 6. Jakarta : 1994

kolostomy

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolostomy adalah pengalihan isi kolon, yang dapat permanen atau sementara ( Marilyan E. Doenges, 1999 ).
Ostomy pembuatan lubang melalui pembedahan kedalam usus untuk memberikan pasase feses temporer permanen, ini diperlikan karena adanya karsinoma, inflamasi, truma, atau obstruksi dibawah sisi ostomy ( Iin Irayah, 2004 ).
Jadi yang dapat disimpulkan bahwa kolostomy adalah pembuatan lubang melalui pembedahan kedalam usus untuk memberikan pasase feses temporer atau permanen yang diperlukan karena adanya karsinoma, inflamasi, trauma atau obstruksi dibawah ostomy.
Pemasangan kolostomy ini dapat dipasang kesemua individu tanpa ada batasan usia, dari banyi sampai lanjut usia. Namun pemasangan kolostomy ini harus disesuaikan dengan indikasi penyakit dan keadaan pasien. Pemasangan kolostomy ini dapat dilakukan kepada individu dengan adanya karsinoma, inflamasi, trauma atau obstruksi dibawah sisi ostomy.
Pasien yang didiagnosis karsinoma, inflamasi, trauma atau obstruksi dibawah sisi ostomy memerlukan kolostomy permanen atau sementara, terkadang mereka merasa sedih akibat diagnosa penyakit dan rencana pembedahan pasien yang mengalami pembedahan untuk kolostomy sementara dapat mengekspresikan rasa takut dan masalah yang serupa dengan individu yang memiliki stoma yang permanen, semua anggota tim kesehatan termasuk perawat terapi enkerostomal dan keluarga harus ada disamping pasien untuk memberikan bantuan dan dukungan.
Pada paien dengan kolostomy banyak dilema yang dirasakan khusus pada konsep dirinya. Apa lagi pada pasien usia remaja dengan kolostomy karena usia remaja ini tingkat emosional atau konsep dirinya sangat labil.
Remaja dipandang sebagai kelompok yang bergelombang yakni masa perpindahan dari masa anak ke masa remaja karena masa remaja inilah para remaja mulai mengenal keuntungan yang lebih luas dari pada hanya sekedar hubungan dalam lingkungan keluarga, khususnya pada remaja SMA mereka tidak hanya mengenal hubungan dalam lingkungan sekolahnya. Remaja SMA juga dipandang sebagai kelompok yang beresiko terkena masalah pada kolonnya, pada remaja SMA yang didioagnosis kanker kolon atau sektum salah satu cara yang dapat dilakukan adalah, pembedahan yang disebut kolostomy, dalam proses penyembuhan setelah dilakukan kolostomybiasanya mempunyai efek pada remaja tersebut seperti terjadinya komplikasi bedah ( infeksi, kerusakan luka ), bau khas pada luka bedah tersebut maupun cairan yang keluar jika penanganannya tidak dilakukan dengan intensif. Rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan, fasilitas dan pengobatan bagi remaja SMA dengan kolostomy
Pada remaja dengan kolostomy juga mempunyai dampak pada fisiknya diantaranya, perubahan yang terjadi pada citra tubuhnya dan gaya hidup sering sangat mengganggu,dan pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba menyemaikannya, karena stoma ditempatkan pada abdomennya, pasien dapat berfikir bahwa setiap orang dapat melihat stoma. Dampak ini tidak hanya berpengaruh pada fisiknya saja, namun dari sisi pisikologis juga berpengaruh seperti halnya mereka akan sedih, takut, marah, kesepian, putus asa dan malu.
Berkaitan dengan hal ini, peran dari identitas diri disini mulai sedikit gambaran bahwa kelima konsep diri tersebut dapat menjadi permasalahan pada remaja SMA dengan kolostomy, dimana remaja SMA dengan kolostomy mengalami penurunan gambaran diri, karena fungsi penampilan dan potensi tubuhnya saat ini yang tidak dapat ditampilkan maupun digunakan secara sempurna. Remaja SMA dengan kolostomy yang kehilangan ideal diri, karena remaja SMA merasa menjadi orang yang tidak bisa melakukan aktifitas yang berat sehingga mempunyai keterbatasab aktivitas dibandingkan dengan standar kelompok temannya yang lain selain itu ambisi dan keinginannya sangat kuat namun ia tekut akan terjadi kegagalan sehingga perasaan cemas dan rendah diri timbul, selain itu juga remaja SMA kehilangan harga diri karena menjadi orang yang lemah dan tidak bersih yang terlihat pada penampilan atau karena fisik yang sakit dan perasaan tidak berharga dan berguna. Untuk remaja SMA dengan kolostomy kehilangan peran karena awalnya disekolah seperti olah raga ia mempunyai peranan yang penting, namun setelah adanya kolostomy tersebut ia tidak dapat menjalankan perannya kembali. Pada remaja SMA dengan klostomy yang kehilangan identitas diri karena merasa penampilannya telah berubah total demikian pula cara hidup serta kepribadiannya yang sebelum dilakukan kolostomy merupakan orang yang dibutuhkan dan tidak tergantung dari orang lain.



B. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa kolostomy pada remaja SMA akan mengalami gangguan konsep diri, dimana gambaran diri, ideal diri, peran dan identitas diri belum diketahui secara pasti karena dari berbagai sumber yang ditentukan belum tergambar dengan jelas, maka dengan dilatar belakangi masalah inilah kelompok tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gangguan “ KONSEP DIRI PADA REMAJA SMA DENGAN KOLOSTOMY “.
C. Tujuan Penulisan.
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep diri pada remaja SMA dengan kolostomy.
2. Tujuan khusus.
a. Untuk memberikan gambaran bagai mana gambaran diri remaja SMA dengan kolostomy.
b. Untuk memberi gambaran bagai mana ideal diri remaja SMA dengan kolostomy.
c. Untuk memberikan gambaran bagai mana harga diri remaja SMA dengan kolostomy.
d. Untuk memberikan gambaran bagai mana peran remaja SMA dengan kolostomy.
e. Untuk memberikan gambaran bagaimana identitas remaja SMA dengan kolostomy.



D. Guna Penelitian.
Dengan adanya proposal penelitian ini, diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Penderita dengan kolostomy
Untuk dapat meningkatkan konsep dirinya.
2. Keluarga dan masyarakat.
Untuk dapat membantu penderita dalam meningkatkan konsep dirinya.
3. Perawat.
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan bagi remaja dengan kolostomy.
4. Institusi pendidikan.
Sebagai bahan untuk proses belajar mengajar.












BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Teori Dan Konsep Kolostomy
1. Konsep Dasar Kolostomy.
Kolostomy adalah pengalihan isi kolon yang dapat permanen atau sementara, kolostomy asenden, tranversum dan sigmoid dapat dilakukan. Kolostomy tanversum biasanya sementara, kolon sigmoid paling umum untuk stoma permanen biasanya dilakukan pada kanker ( Marilyn E. Doenges, 1999 ).
Kolostomy merupakan pemasangan kantung drainase pada pasien yang didiagnosis kanker kolon atau rektum memerlukan kolostomy permanen atau sementara. ( Brunner and Suddarth, 2001 ).
2. Jenis-jenis Kolostomy.
Ada tiga jenis dari kolostomy yaitu :
1. Singled-barreled, stoma biasanya meliput kolon transversal, kedua ujung dari kolon direksesi dan dikeluarkan melalui dinding abdomen dan membuat 2 stoma. Stoma distal hanya mengalihkan mukus dan disebut fistula mukosa. Satu balutan kecil dapat ditempatkan di atas fistula mukosa dan kantung ostomi di atas stoma proksimal yang mengeluarkan feses. Kolostomy ini biasanya permanen.
2. Doubled- barreled, stoma biasanya berdekatan atau terpisah beberapa inci.
3. Loop kolostomy, loop kolon transversal dikeluarkan melalui dinding abdomen dan di tahan pada posisinya dengan suatu batang kaca kira-kira 5 sampai 10 hari setelah usus membentuk perlekatan pada dinding usus. Lubang dibuat dipermukaan usus dengan menggunakan kauter . Tipe kolostomy ini biasanya sementara kolostomy loop kolon melewati dinding abdomen dan menyokongnya dengan penyanggah plastik.
3. Komplikasi.
a. Ilius paralitik.
b. Infeksi intraperitonial dan infeksi luka abdomen.
c. Peritornitis.
d. Pembentukan abses.
e. Kerusakan luka.
f. Fistula.
4. Persiapan untuk pembedahan.
a. Diit yang rendah kalori.
b. Rendah residu biasanya diberikan beberapa hari sebelum pembedahan.
c. Bila waktu dan kondisi pasien yang memungkinkan.
d. Terapi komponen darah.
e. Intubasi nasograstik.
f. Kateter indeweling.
5. Penanganan kolostomy.
a. Perawatan kulit.
b. Memasang kantong orainasen.
c. Menangani kantong dxamace.
d. Menganggkat alat.
e. Mengirigasi kolostomy.
6. Dampak kolostomy terhadap psikologis.
Pisikologi orang yang terpasang kolostomy dan bagaimana efek gambaran diri dan menghargai dirinya sendiri sangat berpengaruh besar terhadap konsep dirinya. Distress emosional merupakan kontribusi pada masalah pasien yang terpasang kolostomy, respon emosi menjadi krisis seperti gelisah, marah, dan depresi, juga mempengaruhi aktivitas dari pasien yang terpasang kolostomy nantinya. Berbagai faktor yang menumbuhkan depresi pada pasien yang terpasang kolostomy gangguan aktivitas setiap hari, rejeksi sosial, lepas kontrol yang berlebihan yang membuat kesakitan, perasaan sakit dan gelisah, kerugian sosial dan manfaat kesenangan, efek dari pemasangan kolostomy dapat membuat dari sebagian kesenangan dan aktiviats menjadi hilang, pasien tidak dapat berkonsentrasi selama beraktivitas .
B. Konsep Remaja.
Anak yang menjadi puber atau remaja kurang lebih pada masa akhir sekolah dasar atau awal sekolah dasar menengah tinggkat pertama, ketika muncul gejala perubahan persepsi badab yang menyolok pada anak besar.
1. Pengertian Remaja.
Masa remaja adalah masa mencari identitas diri atau jati diri masa dimana secara fisik ditandai dengan menstruasi, membesarnya buah dada pada wanita, seminimal nocturnal emisil atau mimpi basah, masa keluarnya jakun pada laki-laki, serta tumbuhnya bulu atau rambut, masa remaja dari usia 11-18 tahun.



2. Tanda-tanda Remaja.
Tanda-tanda remaja dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Tanda-tanda biologis.
Pria : seminimal nocturnal emisil atau mimpi basah, tumbuh jakun, tumbuh bulu diketiak dan dikelamin.
Wanita : menstruasi, membesarnya buah dada, tumbuh bulu diketiak dan dikelamin.
b. Tanda-tanda Pisikologis.
Wanita dan pria hampir sama sering merasa gelisah,resah dan konflik batin dengan orang tua, minat meluas, tidak menetap, pergaulan mulai mengenal lawan jenis atau pacaran untuk prestasi atau pelajaran sekolah tidak stabil.
3. Gejala-gejala Remaja.
Gejala remaja dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Gejala kelamin sekunder
Adalah perubahan yang terjadi pada badan anak remaja yang membuktikan bahwa seksnya sudah mulai bekerja keras untuk mengarahkan pertumbuhan badan anak ke arah kedewasaan dan kematangan jasmani. Gejala kelamin sekunder ditandai dengan tumbuhnya bulu dipangkal paha, disekitar alat kelamin, bulu juga tumbuh dikedua belah ketiak. Pada pria muncul kumis dan jenggot, suara anak wanita dan pria berubah dengan mengambil nada yang dalam, pada wnita membesarnya buah dada dan menonjolnya buah adam pada pria.

b. Gejala Kelamin Primer.
Adalah datangnya haid pertama atau menstruasi pertama pada wanita dan terjadinya ejakulasi dini ( pancaran air mani ) pertama pada pria.
4. Tugas Perkembangan Pada Remaja.
Dipusatkan pada hal-hal yang mengarah pada.
a. Penangulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
b. Dasar-dasar pembentukan sikap dan pola perilaku.
c. Sikap untuk menerima keadaan fisik.
d. Menerima peran seks dewasa.
e. Sikap mendiri.
f. Sikap mencari identitas.
g. Sikap membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai orang dewasa.
h. Perilaku sosial tanggung jawab.
C. Konsep Dasar Konsep Diri.
Secara umum bahwa konsep diri belum ada sejak lahir, konsep diri berkembang secara bertahap, saat bayi mulai mengenal membedakan dirinya dengan orang lain ( konsep diri terpacu dengan perkembangan bicara ).
1. Penertian.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam hubungan dengan orang lain.


2. Komponen-komponen.
a. Gambarab diri.
b. Ideal diri.
c. Harga diri.
d. Peran.
e. Identitas diri.
Adapun dari 5 komponen ini yaitu :
a. Gambaran diri / citra diri / body image.
Adalah sikap seorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mebcakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
b. Ideal diri
Adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standarpribadi. Ideal diri mulai berkembang saat anak-anak yang dipengaruhi oleh orang penting pada dirinya yang memberikan tuntunan akan harapan pada masa remaja, ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, teman dan lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengruhi ideal diri :
• Kecendrungan individu menempatkan ideal diri pada batas kemampuannya.
• Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, standar ini dibandingkan standar kelompok teman.
• Ambisi dan keinginan untuk melebihkan keberhasilan kebutuhan yang realitas maka terjadi keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
c. Harga diri.
Adalah penilaian pribadi terhadap hal yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh mengenai diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain, manusia cenderung bersikap negatif walaupun ia dicintai dan mengakui kemampuan orang lain namun jarang mengekspresikan .
Empat cara meningkatkan harga diri :
• Memberi kesempatan berhasil.
• Menanyakan gagasan.
• Mendorong aspirasi.
• Membantu membentuk koping ( kemampuan ).
d. Peran.
Adalah pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seorang berdasarkan posisi dimasyarakat. Faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan :
• Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.
• Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
• Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang dijalaninya.
• Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
• Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran.
e. Identitas.
Adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua konsep diri, sebagai satu kesatuan yang utuh, seseorang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
Enam ciri mengidentifikasi identitas :
• Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.
• Mengakui jenis kelamin sendiri.
• Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
• Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
• Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan akan datang.
• Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
D. Reaksi-reaksi Psikologis Penderita Dengan Kolostomy.
Penderita dengan kolostomy dapat menimbulkan suatu reaksi yang disebut krisis personal yang mempengaruhi individu. Reaksi individu tersebut tergantung pada beberapa faktor yaitu :
• Keyakinan mengenai kolostomy.
• Pengalaman terdahulu dari sakit.
• Beratnya tipe gejala-gejala fisik jika ini berlanjut.
• Respon dari orang-orang lain.
Selain itu faktor kejiwaan turut berperan dalam memperberat atau meringankan gejala yang timbul pada pendedrita dengan kolostomy. Reaksi-reaksi psikologis yang mungkin terlihat pada penderita dengan kolostomy :
• Shok karena kemungkinan kolostomy yang akan mengancam kehidupannya.
• Merasa tertolong dari ketakutan atau ragu-ragu dari kecemasan karena beberapa teman atau kerabat dengan kolostomy.
• Marah telah menggunakan kolostomy, frustasi karena tidak ada cara lain, tersiksa karena larangan dan pembatasan dalam hidupnya.
• Merasa bersalah karena menjadi beban orang lain.
• Menurunnya harga diri, merasa menjadi orang yang tidak bersih, yang terlihat pada perubahan penampilan atau karena fisik yang sakit dan merasa tidak berharga sreta tidak berguna.
• Kehilangan identitas yakni merasa penempilannya telah berubah, demikian pula cara hidup serta kepribadian yang sebelumnya terpasang kolostomy merupakan orang yang dibutuhkan dan tidak tergantung dari orang lain.
• Menjauhkan diri dari masyarakat karena pandangan masyarakat tentang kolostomy merupakan hal yang menjijikan, merasa malu karena adanya kolostomy.
• Kehilangan rasa aman, merasa dunia tidak aman dan dapat diramalkan karena pengetahuan dan pengertian mengenai kolostomy perubahannya yang konstan.
• Kehilangan kontrol diri, pada orang-orang yang merasa bahwa kehidupan didominasi oleh kolostomy karena kegelisahan oleh berbagai sebab.
• Ketakutan dan kecemasan apa yang akan terjadi dalam waktu dekat atau lama.
• Sedih dan depresi akan terulang episode kesakitan atau kehilangan bantuan dan harapan karena biasa yang besar sangat dibutuhkan bebulan-bulan atau malah mungkin bertahun-tahun.
• Obsesi yang dihubungkan dengan sakit yang berat, kematian dan pemeriksaan gejala-gejala atau harus mendapatkan obat yang banyak dan berat sehingga menimbulkan efek samping pula.
• Menghukum diri, mereka berusaha melukai dirinya, contoh : tidak mau makan, menolak meminum obat.
• Penyesuiaan yang positif dala hal mengadaptasi untuk menerima perubahan walau dengan gangguan yang minimal dalam membentuk keyakinan, serta melakukan aktifitas melalui suatu pusat yang akan membantu penderita dengan kolostomy.
Awalnya remaja SMA dengan kolostomy cenderung merasa takut dan marah, dimana hal ini merupakan bentuk dari penolakan remaja untuk menerima kenyataan. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan perhatian dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dan bila remaja yang terpasang kolostomy ini tidak atau kurang mendapat perhatian remaja akan merasa tidak berguna, menutup diri dan bahkan berniat untuk bunuh diri.





BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP ATAU TEORI
Kerangka konsep yang kami gunakan disini lebih dititik beratkan pada input proses output yang dapat dijabarkan sebagai berikut





Dari kerangka konsep diatas menggambarkan bahwa kolostomy adalah pembuatan lubang melalui pembedahan kedalam usus untuk memberikan pasase feses temporer atau permanen, ini diperlukan karena adanya karsinoma, inflamasi, trauma, atau obstruksi dibawah sisi ostomi, disini penglihatan isi kolon yang dapat permanen atau sementara.
Penderita dengan kolostomy dapat menimbulkan suatu reaksi yang disebut krisis personal yang mempengaruhi individu. Reaksi individu tersebut tergantung pada beberapa faktor yaitu, keyakinan mengenai kolostomy, pengalaman terdahulu dari sakit, beratnya type gejala-gejala fisik jika ini berlanjut, dan respon dari orang-orang lain. Selain itu faktor kejiwaan turut berperan dalam memperberat atau meringankan gejala yang timbul pada penderita dengan kolostomy
Awalnya, remaja SMA degan kolostomi cenderung merasa takut dan marah, dimana hal ini merupakan bentuk dari penolakan remaja untuk menerima kenyataan. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan perhatian dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bila remaja yang terpasang kolostomi tidak atau kurang mendapat perhatian, ia akan merasa tidak berguna menutup diri dan bahkan berniat untuk bunuh diri.
Remaja yang terpasang Colostomi pada umumnya sudah mengetahui “apa itu colostomi”, sehingga remaja yang terpasang colostomi akan mengalami gangguan konsep diri seperti gambaran diri,ideal diri, harga diri, peran dan identitas.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan dari kerangka konsep diatas, maka untuk pertanyaan penelitian adalah bagaimana gambarab diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas pada remaja yang terpasang Colostomi.?
1. Konsep diri
a. Konseptual
Konsep diri adalah sesuatu yang bersifat statis (tetapi juga dapat berubah) dan merupakan penggabungan tingkah laku yang mencerminkan keadaan emosi tertentu, pemikiran tertentu, ide tertentu ataupun bawaan tertentu (Dra. Joan Rais).




b. Operasional
Yang penulis maksud dengan konsep diri dalam penelitian ini adalah pandangan remaja yang terpasnag Colostomi terhadap dirinya sendiri yang diukur dengan quesioner.



















BAB IV
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif
B. Populasi dan sampel
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja yang terpasang Colostomi yang ada dimasyarakat, dengan kriteria.
1. Remaja yang mengetahui dirinya harus terpasang colostomi.
2. Remaja SMA
3. Laki-laki maupun perempuan.
4. Remaja yang bisa menulis dan membaca.
Mengingat keterbatasan waktu dan biaya maka penentuan sampel ini peneliti menggunakan teknik Non Random sampling. Jenis judgemen/quato dimana semua subjek diambil yang mudaah dicapai tetapi lebih disesuaikan dengan penelitian dan populasi yang mempunyai pengaruh terbesar.
C. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA di kota Pontianak
D. Etika Penelitian
Sebelum penelitian data peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, kerahasian data yang diberikan, peran responden serta hak-hak subjek atau responden penelitian. Selanjutnya responden diminta menjadi pertisipan dalam penelitian ini dengan terlebih dahulu membaca, mengerti dan memahami isi surat persetujuan yang diberikan apabila responden bersedia maka dipersilahkan untuk menandatangani surat persetujuan, apabila tidak bersedia maka untuk tidak ada pemaksaan pada responden. Adapun penandatanganan surat persetujuan dilakukan pada saat responden dalam tenang dan cukup waktu untuk berfikir dan memahami.
E. Alat Pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini Quesioner I merupakan data demografi yang meliputi data tentang kode responden, tanggal pengesian, jenis kelamin, usia, dan pendidikan. Qiesioner II merupakan quesioner tentang konsep diri remaja (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, identitas) yang terpasang colostomi, yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan mendistribusikan frekuensi jawaban yang paling banyak.
F. Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan diremaja SMA. Data mengenai konsep diri diperoleh melalui quesioner. Apabila ditemui kesulitan maka quesioner di teruskan kepada responden, selama pengisian quesioner, penelitian berada di dekat responden diberitahukan bahwa pengisian quesioner dilakukan pada saat itu juga dan di ingatkan bahwa pertanyaan harus di isi semua, dan apabila telah selesai langsung di kembalikan kepada peneliti hari itu juga.
G. Rencana Analisa Data.
Setelah data terkumpul maka dilakukan penghitungan dengan mendistribusikan frekuensi jawaban yang paling banyak antara pertanyaan negatif dan positif. Adapun jumlah pertanyaan quesioner adalah sebanyak 25 pertanyaan yang masing-masing 5 pertanyaan untuk setiap konsep diri. Untuk konsep gambaran diri terdiri dari 2 pertanyaan negatif dan 3 pertanyaan positif, untuk konsep ideal diri terdiri dari 3 pertanyaan negatif dan 2 pertanyaan positif, untuk konsep harga diri terdiri dari 2 pertanyaan negatif dan 3 pertanyaan positif, untuk konsep peran terdiri dari 3 pertanyaan negatif dan 2 pertanyaan positif, sedangkan untuk identitas diri terdiri dari 3 pertanyaan negatif dan 2 pertanyaan positif. Pada setiap quesioner untuk konsep diri jika objek menjawab lebih banyak YA pada pertanyaan positif maka kopingnya positif, sebaliknya jika objek menjawab lebih banyak TIDAK pada pertanyaan positif maka pola kopingnya negatif. Begitu juga pada pertanyaan negatif, jika objek lebih banyak menjawab YA maka kopingnya negatif, sebaliknya jika objek lebih banyak menjawab TIDAK maka kopingnya positif. Untuk menilai koping apakah positif atau negatif tiap konsep diri harus membandingkan jumlah koping positif dasn negatif barulah kita dapat menentukan hasil koping tiap konsep.











QUESIONER
1. GAMBARAN DIRI.
a. Saya jijik melihat kolostomy saya.
YA TIDAK
b. Saya merasa tubuh saya tidak lengkap lagi sebagai manusia.
YA TIDAK
c. Saya lebih suka tubuh saya sebelum terpasang kolostomy.
YA TIDAK
d. Setelah terpasang kolostomy saya lebih memperhatikan kebersihan tubuh.
YA TIDAK
e. Saya benci dengan kolostomy di tubuh saya.
YA TIDAK
2. IDEAL DIRI.
a. Saya cemas tidak dapat beraktifitas sempurna setelah terpasang kolostomy.
YA TIDAK
b. Setelah terpasang kolostomy saya malu beraktivitas sama seperti yang dilakukan teman-teman yang lain.
YA TIDAK
c. Saya takut gagal melakukan aktifitas sama seperti yang dilakukan teman-teman yang lain.
YA TIDAK
d. Saya yakin akan mencapai kesuksesan yang sama dengan teman-teman yang lain.
YA TIDAK
e. Saya yakin aspirasi saya masih ditanggapi.
YA TIDAK
3. HARGA DIRI.
a. Setelah terpasang kolostomy saya merasa tidak dihargai.
YA TIDAK
b. Saya memandang negatif terhadap tubuh saya.
YA TIDAK
c. Saya yakin akan tetap berhasil walaupun terpasang kolostomy.
YA TIDAK
d. Saya yakin dapat berguna walaupun terpasang kolostomy.
YA TIDAK
e. Setelah terpasang kolostomy saya yakin disenangi orang lain.
YA TIDAK
4. PERAN.
a. Saya tidak bisa membantu orang lain.
YA TIDAK
b. Saya tidak mempunyai peran penting lagi disekolah.
YA TIDAK
c. Saya tidak dipercayai lagi untuk memegang peran yang memerlukan aktivitas berat.
YA TIDAK
d. Saya senang setelah terpasang kolostomy aktivitas menjadi ringan.
YA TIDAK

e. Setelah terpasang kolostomy saya masih diikut sertakan dalam kegiatan sekolah.
YA TIDAK
5. IDENTITAS DIRI.
a. Setelah terpasang kolostomy saya selalu membutuhkan pertolongan orang lain.
YA TIDAK
b. Penampilan saya berubah setelah terpasang kolostomy
YA TIDAK
c. Saya menjadi minder setelah terpasang kolostomy.
YA TIDAK
d. Saya selalu optimis menjadi orang yang optomis.
YA TIDAK
e. Setelah terpasang kolostomy yakin tetap dihargai sebagai manusia.
YA TIDAK










DAFTAR PUSTAKA
• Doenges, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
• Rasmun, S Kep. 2004, Stress, Koping dan Adaptasi. Jakarta:
• Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
• Iin Inayah, S Kep. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan gangguan sistem pencernaan. Jakarta : Salemba medika
• Rusmi widayatun Tri. 1999. Ilmu Perilaku
• Singgih. 1989. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta
• Karto Karbini. 1990. Psikologi Anak. Bandung : Mandar